Konsultan Public Relations R&R kembali menggelar program "R&R Talks" Seri Kedua, pada hari ini (20/5). Kali ini, R&R menghadirkan Psikolog Retno Dewanti Purba untuk mengupas tema diskusi "Sejauh Apa PHK Akibat Pandemi Covid-19 Dapat Mempengaruhi Kondisi Psikologis Seseorang?"
Tema ini dipilih lantaran pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian masyarakat. Anjuran social dan physical distancing telah berdampak pada banyaknya perusahaan dan bisnis yang tidak mampu beroperasi dan mengalami kerugian besar. Akibatnya, PHK menjadi salah satu jalan keluar agar perusahaan tetap bertahan.
Pemprov DKI Jakarta mencatat terdapat 50.891 pekerja yang sudah terkena PHK dan 272.333 pekerja lainnya dirumahkan di area Jakarta. Sementara itu, menurut Kementerian Ketenagakerjaan, per 12 Mei 2020, total pekerja yang terkena PHK di lingkup nasional mencapai 1.722.958 orang.
Bagi mereka yang mengalami PHK, beban menjadi lebih berat, di tengah isu kesehatan akibat Covid-19 yang menuntut kewaspadaan. Mereka yang di-PHK bisa jadi adalah salah satu relasi atau kerabat, bahkan pasangan, atau diri sendiri.
Diungkapkan Retno, "Bagi seseorang, arti pekerjaan kerapkali bukan hanya sebagai mata pencaharian semata. Setidaknya, ada empat dampak psikologis yang turut terjadi saat seseorang kehilangan pekerjaannya. Keempatnya adalah keberfungsian diri terganggu, odentitas dan self esteem terganggu, kehilangan rasa aman, dan kehilangan koneksi sosial.
Untuk dapat memberikan dukungan bagi pasangan atau keluarga yang terkena PHK, memang agak tricky di saat seperti ini. Kita harus benar-benar sensitif agar niat baik kita ingin memberikan dukungan tidak salah diartikan dan justru sebaliknya malah menyinggung. Tidak bisa hanya sekedar melalui kata-kata, namun juga harus melalui tindakan," ungkap Retno.
Dia menyarankan sejumlah langkah yang bisa menjadi acuan. Pertama, memberikan dukungan (baik secara emosional maupun sosial). Tujuannya, untuk membantu mereka agar dapat berdamai dengan keadaan (acceptance). Kedua, membantu menyusun coping strategy. Ketiga, membantu melakukan evaluasi dan penyesuaian ulang terhadap berbagai aspek kehidupan.
Keempat, membantu membuat perencanaan ke depannya (termasuk aspek karir dan finansial). Kelima, memberikan pengalih perhatian (self-distraction), sehingga ia dapat mengalihkan fokusnya pada kegiatan lain yang produktif dan disukai agar tidak terjebak pada kesedihannya secara terus-menerus.