Kementerian Kesehatan RI merilis data bahwa hanya ada 244 bidan dan 32 dokter yang ada di daerah tertinggal per kabupatennya. Sementara itu, di daerah non tertinggal, jumlah bidan mencapai 333. Minimnya jumlah bidan dan dokter di daerah tertinggal, membuat angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan stunting menjadi tinggi.
Berdasarkan data terakhir, jumlah AKI di Indonesia sebesar 305 jiwa per 100.000 ibu, sedangkan AKB sebesar 24 jiwa per 1.000 bayi. Adapun angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Angka tersebut masih jauh dari batas maksimal stunting yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, yang sebesar 20%.
Fakta itulah yang membuat Sehati Group--penyedia solusi layanan kesehatan jarak jauh—meluncurkan solusi Sehati TeleCTG. Diungkapkan dr. Ari Waluyo, Sp.OG, Co-Founder & Chief Executive Officer Sehati Group, Sehati TeleCTG merupakan layanan kesehatan maternal jarak jauh terpadu, berbasis inovasi dan teknologi tepat guna, yang secara sinergis memberikan informasi lengkap dan real time mengenai kehamilan kepada para penggunanya.
“Solusi Sehati TeleCTG terdiri dari aplikasi Ibu Sehati, Bidan Sehati, TeleCTG Sehati, Dashboard Sehati, dan Pusat Konsultasi yang dapat digunakan oleh ibu hamil, bidan, dokter kandungan, maupun pemerintah pusat dan daerah untuk meminimalisir resiko kematian ibu, kematian bayi, maupun stunting. Dengan data yang dapat diperoleh dan diakes secara real time di platform aplikasi Sehati, maka bidan tidak terlambat dalam menganalisis dan tidak terlambat dalam merujuk untuk ditangani secara dini,” paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sampai saat ini, solusi Sehati TeleCTG telah digunakan oleh 20.000 ibu hamil dan lebih dari 10.500 bidan di 11 provinsi dan 27 Kabupaten Indonesia. Solusi Sehati TeleCTG beroperasi di daerah terpencil maupun perkotaan.
Salah satu Kabupaten yang telah menggunakan solusi ini adalah Indramayu dan Kupang, hasil kerja sama antara Sehati Group dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Dinas Kesehatan setempat.
“Penggunaan solusi Sehati TeleCTG di Kabupaten Indramayu dan Kupang, yang telah digunakan sejak Desember 2018 lalu, telah berhasil menurunkan jumlah ibu dan bayi yang meninggal, mendeteksi faktor resiko, dan meningkatkan angka rujukan dini dan identifikasi faktor resiko yang berpotensi menyebabkan stunting intra-uterine.” jelas dr. Ari.
Ditegaskan dr. H. Deden Bonni Koswara, MM., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu telah menggunakan Sehati TeleCTG sebagai salah satu upaya intervensi AKI, AKB, dan stunting di wilayah Indramayu. Melalui layanan kesehatan maternal ini, para bidan terbantu dalam mendeteksi faktor risiko ibu hamil, serta melakukan intervensi tepat sasaran, sehingga dapat dikelola dengan baik.
“Sehati TeleCTG telah membantu 126 bidan, 892 ibu hamil, dan mendeteksi 167 ibu hamil berisiko. Penggunaan aplikasi Sehati TeleCTG di Kabupaten Indramayu ikut berperan dalam penurunan AKI dan AKB yang cukup signifikan, yaitu AKI yang pada 2018 sebanyak 61 jiwa, menurun menjadi 34 jiwa pada 2019. Sedangkan AKB yang semula 242 jiwa pada 2018, menurun menjadi 215 jiwa pada 2019,” terangnya.
Sementara itu, menurut Mariana A. Sailana, S.Tr. Keb., Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang juga telah menggunakan solusi Sehati TeleCTG di 14 puskesmas sejak Desember 2018.
“Dengan teknologi Sehati TeleCTG, sebanyak 47 bidan berhasil memeriksa 1.471 ibu hamil dan mendeteksi 991 ibu hamil berisiko. Kami juga berhasil menurunkan AKI dari sebelumnya 8 jiwa menjadi 5 jiwa. Faktor risiko kehamilan yang umumnya kami deteksi adalah anemia, kehamilan terlalu dekat, serotinus, kurangnya nutrisi ibu, dan usia terlalu tua,” ujar Mariana.
Ditegaskan Dr. H. Yusra M.Pd, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), saat ini terdapat 74.954 desa di seluruh Indonesia. Sebagian besar desa berada di dalam wilayah geografis yang sulit, khususnya desa-desa di daerah tertinggal, sehingga upaya penetrasi infrastruktur dan akses layanan kesehatan cukup menantang.
“Oleh karena itu, Kementerian Desa PDTT berupaya untuk mengintervensi AKI, AKB, dan stunting dengan bekerja sama dengan pemain industri TeleHealth seperti Sehati Group. TeleHealth menjadi salah satu strategi kami dalam mengatasi hambatan geografis dan menjangkau ibu hamil yang berada di desa maupun daerah tertinggal,” tutur Dr. Yusra.
Tak hanya pasar dalam negeri, diakui dr. Ari, Sehati Group juga akan memperkenalkan solusi kesehatan maternal untuk backbone jaringan 5G di empat negara berkembang di Amerika Selatan, yaitu Columbia, Peru, Chili, dan Argentina. “Kerja sama dengan Columbia akan dilakukan pada Februari 2020 mendatang untuk pemenuhan solusi Sehati TeleCTG di 3.000 desa disana,” tutupnya.