Dari total revenue games online senilai US$ 880 juta yang beredar di Indonesia, 99%-nya masih dikuasai oleh games online asing. Sementara games online Indonesia yang merupakan hasil karya developer lokal, hanya mampu menguasai kurang dari 1%. Demikian data yang dirilis oleh Asosiasi Game Indonesia (AGI).
Berangkat dari fakta itu, AGI yang didukung Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memiliki kepentingan untuk menggenjot produk games online lokal agar dapat bersaing di pasar lokal maupun mancanegara. “Dalam 5-10 tahun ke depan, kami menargetkan kontribusi games lokal bisa mencapai dobel digit terhadap total revenue games online di Indonesia,” patok Jan Faris Majd, Ketua Harian AGI.
Demi mencapai target tersebut, tahun ini untuk ketiga kalinya, Indonesia kembali berpartisipasi pada event games internasional terbesar di dunia, “Tokyo Game Show 2018”, pada 20-23 September mendatang. Sebelumnya, para developer lokal dari Indonesia juga pernah mengikuti ajang serupa, yakni Game Connection America 2018 yang berlangsung pada 19-21 Maret 2018 di San Francisco, Amerika Serikat.
Diceritakan Jan, di Game Connection America 2018, Ghost Parade sebagai games online unggulan dari developer lokal asal Bandung, Lentera Nusantara Studio, sukses berjumpa dengan pihak Aksys Game. Aksys Game adalah publisher kelas dunia yang sudah merilis berbagai judul game terkenal di antaranya adalah Guilty Gear series, Blazblue series, Tokyo Xanadu, dan Code Realize. Melalui perjumpaan itu, Aksys Game sebagai publisher akan merilis Ghost Parade di seluruh dunia dalam berbagai platform, di antaranya Nintendo Switch, PlayStation 4, dan PC via Steam pada tahun 2019 mendatang.
Pada ajang Tokyo Game Show 2018, dikatakan Jan, Bekraf kembali memberikan dukungannya. AGI bersama dengan Deputy Pemasaran dan Deputy Infrastruktur Bekraf akan mengembangkan ekosistem industri games nasional sekaligus memperkenalkan para developer lokal sekaligus karya mereka di ajang internasional seperti Tokyo Game Show.
Ditambahkan Bonifasius Wahyu Pudjianto, Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf, bentuk dukungan Bekraf pada Tokyo Game Show 2018 di antaranya berupa sewa lahan dan konstruksi booth, hingga promosi dan publikasi perserta delegasi Indonesia. Rencananya, Indonesia akan menempati paviliun seluas 54 meter persegi di New Stars Area Hall 1.
“Tokyo Game Show 2018 adalah event Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C). Namun, kali ini, kami fokus pada B2B, karena kami ingin karya games developer Indonesia dapat masuk ke industri games dunia. Artinya, Key Performance Indicator (KPI) kami pada event kali ini adalah nilai ekspor atau seberapa besar produk games lokal dapat dipasarkan di berbagai negara di dunia,” papar Boni.
Lebih jauh ia menerangkan, akan ada tujuh developer lokal yang akan diikutsertakan pada Tokyo Game Show 2018. Ketujuh developer lokal itu adalah AGATE, Megaxus, SEMISOFT, Lentera Nusantara Studio, Wisageni, Melon Gaming, dan Studio Namaapa. Ketujuh developer lokal tersebut sebelumnya telah lulus seleksi dari empat kurator dari AGI.
Upaya lain yang dilakukan Bekraf dalam membangun ekosistem industri games online lokal adalah dengan menggelar event tahunan bertajuk “Bekraf Game Prime”. Perhelatan yang sudah digelar sejak tahun 2016 lalu itu mendapat respon positif dari pasar. Terbukti, jumlah pengunjung pada event tersebut terus bertumbuh. Jika pada tahun 2016 jumlah pengunjung Bekraf Game Prime mencapai 4.000 orang, maka pada tahun 2017, pengunjungnya mencapai 13 ribu orang. Bahkan, di tahun 2018 ini, jumlah pengunjung kembali melonjak menjadi 17 ribu orang.