Industri Susu Kental Manis (SKM) di Indonesia tak bisa lepas dari komunitas para peternak sapi lokal. Hal itu dibuktikan dengan hubungan positif antara peternak sapi lokal dan pabrikan susu yang telah berlangsung sejak lama. Tepatnya, ketika kehadiran SKM di Tanah Air pada era 1870-an.
Diungkapkan Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi, kehadiran SKM telah dimulai sejak tahun 1870-an dalam bentuk impor. Akan tetapi, secara perlahan, SKM dapat diproduksi secara mandiri di Indonesia. “Sejak saat itu, perusahaan susu kental manis secara rutin menyerap hasil susu produksi para peternak sapi perah lokal,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima MIX pada hari ini (19/7).
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa produsen SKM secara langsung telah membantu meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi perah di Indonesia, termasuk para anggota GKSI yang jumlahnya mencapai 120.000 peternak. “Kapasitas produksi pabrik susu kental manis di dalam negeri saat ini mencapai 812.000 ton per tahun dengan nilai investasi mencapai Rp 5,4 triliun serta total penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.652 orang,” ucap Dedi yang juga menjabat sebagai Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU).
Ditambahkan Aun Gunawan, Ketua Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sebesar 12 liter per orang per tahun. Bandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN yang mencapai lebih dari 20 liter per kapita per tahun.
“Sementara itu, bahan baku produksi susu sebagian besar masih diimpor. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor susu sebesar 2,6 juta ton per tahun. Untuk itu, para peternak sapi lokal tengah berupaya untuk mengejar kebutuhan bahan baku susu segar untuk industri susu dalam negeri tersebut. Hal ini juga seharusnya sudah sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai swasembada susu,” lanjut Aun.
Diyakini Aun, munculnya berbagai isu di pasar SKM yang berpotensi menjadi polemik, dapat semakin memberatkan semua pihak di industri. “Terlebih lagi pasti akan berpengaruh pada pendapatan peternak sapi perah. Bahkan, investor dalam membuka peluang membangun pabrik pengolahan susu atau peternakan susu jadi enggan berinvestasi jika harus berhadapan dengan kondisi-kondisi seperti ini,” pungkasnya.
Lantas, bagaimana tanggapan produsen SKM? PT Frisian Flag Indonesia (FFI) sebagai salah satu produsen SKM terbesar di Indonesia tercatat sebagai perusahaan yang telah lama membangun kerja sama dengan komunitas peternak sapi lokal. Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia (FFI) Andrew F. Saputro menerangkan bahwa selama ini pihaknya telah sejak lama bekerja sama dengan peternak sapi lokal untuk memasok bahan baku bagi perusahaan.
“Berkembangnya industri susu sudah tentu akan meningkatkan kebutuhan bahan baku susu segar. Setiap harinya, kami menerima ratusan ton susu segar dari peternak sapi perah di berbagai area di pulau Jawa. Sebagai bagian dari FrieslandCampina yang juga adalah sebuah koperasi, sudah menjadi komitmen utama kami untuk melakukan program kemitraan dengan para peternak sapi perah lokal ini agar susu segar yang dihasilkan berkualitas dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak dan dapat diolah menjadi produk-produk susu berkualitas,” katanya.
Andrew meyakini, Frisian Flag akan terus hadir untuk mendukung pemenuhan gizi keluarga Indonesia melalui produk-produk yang telah memenuhi standard pengolahan yang tinggi. “Termasuk, bersandar pada regulasi yang berlaku, baik SNI, BPOM, maupun Codex, salah satunya seperti Susu Kental Manis Frisian Flag,” tutupnya.