STARBUCKS REFRESHERS: PENGHORMATAN ATAU PENGHAPUSAN BUDAYA?

Di tengah perayaan Bulan Warisan Asia Amerika Pasifik, Starbucks meluncurkan Starbucks Refreshers dengan "mutiara" beraroma raspberry. Alih-alih menghormati asal-usul budaya boba dari Taiwan, mereka gagal mengakui sejarahnya, menimbulkan pertanyaan apakah ini penghormatan atau penghapusan budaya.

.

.

Pada Bulan Warisan Asia Amerika Pasifik, Starbucks meluncurkan produk terbarunya, Starbucks Refreshers, dengan "mutiara" beraroma raspberry di dasar minuman berwarna biru cerah. Starbucks mengklaim bahwa produk ini terinspirasi oleh minuman populer dari Asia Timur yang menggunakan boba atau mutiara.

Bulan Warisan Asia Amerika Pasifik (Asian American Pacific Islander Heritage Month) adalah perayaan tahunan yang diadakan setiap bulan Mei di Amerika Serikat untuk menghormati kontribusi dan pengaruh orang Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik terhadap sejarah, budaya, dan pencapaian negara tersebut.

Dalam perayaan Bulan Warisan Asia Amerika Pasifik, terdapat berbagai acara seperti pameran budaya, festival makanan, dan pertunjukan seni tradisional. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap warisan serta kontribusi komunitas Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik di Amerika Serikat.

Laxman Narasimhan, CEO Starbucks, dengan bangga mengumumkan peluncuran Starbucks Refreshers sebagai "inovasi tekstur pertama" mereka, seraya memberi sinyal bahwa ini baru permulaan dari deretan "inovasi" serupa. Namun, pilihan mereka untuk menyebut "mutiara" sebagai daya tarik utama adalah sebuah peluang besar yang terbuang sia-sia.

Dengan memilih nama "mutiara" tanpa menghubungkannya dengan asal-usul budaya teh boba, Starbucks melewatkan kesempatan untuk menghormati dan mengakui sejarah Asia yang kaya. Ini bukan sekadar nama, tapi kesempatan untuk menunjukkan apresiasi budaya secara nyata, terutama selama Bulan Warisan Asia Amerika Pasifik.

Budaya teh boba berawal dari Taiwan pada 1980-an, di mana minuman ini pertama kali dibuat di toko-toko teh tradisional. Boba, atau mutiara tapioka, ditambahkan ke dalam teh susu untuk menciptakan kombinasi unik dari rasa dan tekstur yang kemudian menjadi populer di seluruh dunia.

Starbucks memilih nama "mutiara" tanpa mengaitkannya dengan sejarah dan budaya teh boba dari Taiwan. Ini berarti Starbucks mengabaikan asal-usul penting minuman tersebut dan tidak menghormati atau mengakui kontribusi budaya Asia, terutama selama Bulan Warisan Asia Amerika Pasifik. Tindakan ini lebih mirip pengambilan budaya daripada apresiasi budaya.

Artinya, di balik pemasaran yang cerdas ini, tersembunyi pertanyaan besar tentang batas antara apresiasi budaya dan pengambilan budaya. Dengan tidak mengakui asal-usul ini baik di toko maupun di platform digital mereka, Starbucks tidak hanya melewatkan kesempatan untuk menghormati Bulan Warisan AAPI, tapi juga secara aktif menghapus sejarah dan nilai budaya yang seharusnya mereka rayakan. Ini bukan hanya kesalahan pemasaran, tapi tindakan penghapusan budaya yang terang-terangan.

Starbucks, sebuah perusahaan global yang telah berulang kali berusaha memposisikan diri sebagai merek yang inklusif dan berwawasan ke depan, tampaknya telah melewatkan kesempatan untuk benar-benar menghormati asal-usul budaya yang mereka pinjam. Dengan hanya menyebutkan "mutiara" dan tidak secara eksplisit mengakui sejarah dan konteks budaya teh boba yang kaya—yang pertama kali muncul di Taiwan pada 1980-an—Starbucks secara efektif menghapus pentingnya inovasi ini bagi masyarakatnya. Apakah ini hanya kesalahan pemasaran, atau contoh pengambilan budaya yang lebih dalam?

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)