Strategi Penetrasi Rifan di Industri Perdagangan Berjangka Komoditi

Penetrasi pasar Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Tanah Air rupanya tak setinggi pasar modal. Artinya, pasar PBK terhitung lambat berkembang jikadibandingkan pasar modal. Hal itu ditunjukkan dari jumlah nasabah baru yang berhasil dihimpun di tahun 2018 lalu. Jika pasar modal mampu menghimpun 200 ribuan nasabah baru, maka pasar PBK hanya mampu menghimpun ribuan nasabah baru.

Alhasil, jumlah total nasabah pasar mdoal di tahun lalu sudah sanggup menembus 800 ribu lebih nasabah. Sementara PBK, hanya mampu menyentuh belasan ribu nasabah. Dari total nasabah PBK, yang aktif pun hanya 20%. Fakta itu, menurut Chief Business Officer PT Rifan Financindo Berjangka Teddy Prasetya, mengindikasikan bahwa PBK belum menjadi alternatif yang menarik untuk berinvestasi bagi masyarakat Indonesia.

Diakui Teddy, lambannya penetrasi PBK di Indonesia tak lepas dari kurangnya dukungan dari pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan yang memang memayungi industri PBK. “Perlakukan pemerintah terhadap industri PBK sangat berbeda dengan industri pasar modal. Mulai dari Presiden hingga menteri selalu hadir dalam setiap agenda atau kegiatan pasar modal. Sayangnya, perlakuan itu tidak terjadi pada industri PBK. Belum lagi, masalah belum adanya kepastian pajak di PBK, sehingga membuat industri ini makin sulit berkembang. Industri PBK seperti dianaktirikan,” tuturnya di sela-sela media gathering yang digelar hari ini (17/1) di Jakarta.

Akibatnya, pemberitaan tentang PBK pun jauh di bawah pemberitaan postiif pasar modal. Bagi Rifan sebagai pemain di industri PBK, tentu hal itu menjadi tantangan yang harus mampu dihadapi. Oleh karena itu, dengna bermodal 10 cabang yang telah tersebar di seluruh Indonesia, Rifan massif menggelar program edukasi sekaligus sosialisasi, baik kepada media maupun calon nasabah.

Hasilnya, sepanjang tahun 2018, Rifan berhasil membukukan total volume transaksi 1,178 juta lot atau melonjak 93,08% dibandingkan tahun 2017. “Ini merupakan rekor baru dalam pencapaian kinerja Perseroan dan melebihi target yang ditetapkan di awal tahun 2018 yang hanya 1 juta lot,” tutur Teddy.

Sementara itu, sampai akhir Desember 2018, Rifan berhasil menghimpun total 2.833 nasabah baru, atau tumbuh 33,51% dari tahun 2017 yang hanya 2.122 nasabah baru. Peningkatan jumlah nasabah baru itu, diyakini Teddy, seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap jasa perusahaan pialang PT Rifan Financindo Berjangka serta peningkatan layanan di berbagai sisi.

Ditambahkan Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang, saat ini RFB tercatat sebagai perusahaan pialang terbesar dan terdepan di industri PBK dengan kontribusi terbanyak di BBJ. “Rifan berhasil menjadi market leader di industri PBK dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 15,7% dan 16,43% untuk transaksi bilateral,” ungkapnya.

Sukses Rifan, diakui Teddy, tak lepas dari prinsip transparansi. Di antaranya, memfasilitasi sistem transaksi dengan SITNA atau Sistem Informasi Transaksi Nasabah yang telah disediakan oleh Kliring Berjangka Indonesia dan Bursa Berjangka Jakarta. Dengan adanya SITNA, setiap transaksi kontrak berjangka yang tercatat di bursa berjangka dapat dipantau oleh nasabah kapan pun dan di mana pun.

Di samping SITNA, saat ini Rifan juga menyediakan fasilitas registrasi online dan aplikasi transaksi berbasis aplikasi di IOS maupun android. Dengan sistem ini nasabah bisa melakukan transaksi secara real time. “Ke depan, semua proses akan didigitalisasi secara bertahap sehingga semakin memudahkan nasabah dalam berinteraksi dan bertransaksi di Rifan,” katanya.

Tahun 2019, Rifan optimistis menetapkan target total volume transaksi sebesar 1,5 juta lot yang terdiri dari 1,1 juta lot untuk volume transaksi bilateral dan 400 ribu lot untuk volume transaksi multilateral. Sementara untuk nasabah baru, kami menargetkan 3.500 nasabah baru di tahun 2019 ini.

Realisasi angka tersebut akan didukung dengan pengembangan infrastruktur dan ekspansi Sumber Daya Manusia dengan penambahan jumlah dan skill marketing di setiap cabang. Saat ini Rifan memiliki 10 kantor yang tersebar di Jakarta (2 kantor), Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, Medan, Pekanbaru, Palembang, dan Yogyakarta.

“Melalui tim di sepuluh cabang, kami akan lebih agresif melakukan edukasi dan sosialisasi tentang produk PBK. Yang jelas fokus strategi kami tetap sama dengan sebelumnya, yaitu mengedukasi masyarakat seluas-luasnya agar semakin banyak yang memahami dan meyakini pilihan berinvestasi di PBK. Termasuk, berinovasi merancang aneka produk investasi yang memenuhi kebutuhan nasabah dan pasar,” tutur Teddy.

Lantas, akankah Rifan menyasar segmen millennials, yang notabene tengah digarap industri pasar modal? Dijawab Teddy, di industri PBK, nasabah yang berasal dari millennials sangat sedikit. “Sebab, nilai transaksi kami minimal Rp 100 jtua per lot-nya. Oleh karena itu, target yang kami sasar memang kalangan menengah atas,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)