Categories: News Trend

Takeda Tingkatkan Kesadaran tentang Pentingnya Deteksi Dini Limfoma Hodgkin

“Saat ini, kita lihat maraknya pengobatan herbal dan berbagai pengobatan alternatif yang overclaim dapat mengobati kanker, mengobati benjolan dan lain sebagainya. Padahal, tidak ada pengobatan yang tidak melalui clinical trial atau pengujian klinis. Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada, serta kritis dengan segala bentuk pengobatan herbal dan sejenisnya yang belum terbukti melalui pengujian klinis,” ungkapnya.

Pada kesempatan ini, Intan Khasanah, seorang penyintas Limfoma Hodgkin, juga bercerita menceritakan betapa panjang dan sulitnya perjalanan yang ia tempuh sebelum akhirnya mendapatkan diagnosis yang tepat.

Perjuangan melawan salah diagnosis juga dialami oleh Ias, seorang pasien Limfoma Hodgkin lainnya. Ia berbagi kisah bagaimana awalnya ia didiagnosis saraf terjepit, karena gejalanya mirip.

Menanggapi tantangan tersebut, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menekankan pentingnya kolaborasi multi-sektoral untuk memperkuat sistem kesehatan Indonesia.

“Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sangat menyambut baik kolaborasi lintas sektor dalam memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia. Kami menyadari bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendirian, dan oleh karena itu, kami sangat memerlukan dukungan dari para pemangku kepentingan terkait—mulai dari sektor swasta, organisasi pasien, hingga masyarakat luas. Dengan kerja sama yang baik, kita dapat memberikan perawatan yang lebih baik bagi para pasien, termasuk mereka yang menderita Limfoma Hodgkin,” ungkap dr. Nadia.

Aryanthi Baramuli Putri, SH, MH, Ketua Umum Cancer Information and Support Center (CISC), yang juga seorang penyintas kanker, turut menyampaikan pentingnya dukungan bagi pasien kanker. “Berbagai tantangan dihadapi pasien kanker khususnya akses terhadap diagnosis dan pengobatan seperti masalah psikologis, informasi dan keuangan. Itulah mengapa CISC didirikan sebagai sebuah organisasi pasien, guna memberikan informasi dan dukungan psikososial. Dari sekitar 3.000 anggota CISC, terdapat sekitar 250 rekan-rekan penyintas Limfoma (termasuk Hodgkin dan non-Hodgkin),” pungkasnya.

Page: 1 2Lihat Semua

Dwi Wulandari

Recent Posts

Didukung Jaringan Global, TMI Tangani Klaim Secara Efektif

MIX.co.id – PT Asuransi Tokio Marine Indonesia (TMI), salah satu pemimpin pasar dalam asuransi pengangkutan…

14 hours ago

Propan Sandimas Experience Center Pamerkan Deretan Produk Inovatif hingga Layanan Konsultasi

MIX.co.id - Produsen cat lokal Propan Raya dan pemasok bahan bangunan Sandimas berkolaborasi menghadirkan Propan…

18 hours ago

Transvision Jalin Kerja Sama dengan Advance Digitals

MIX.co.id – Operator TV berbayar Transvision menjalin kerja sama strategis dengan Advance Digitals untuk memenuhi…

22 hours ago

Konsumen Indonesia Lebih Berhati-hati Berbelanja

MIX.co.id – Tingkat kepercayaan diri konsumen Indonesia ternyata tidak seoptimistis sebelumnya, yaitu setelah post-pandemic atau…

23 hours ago

Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital, PINTU Perluas Edukasi Pasar

MIX.co.id - Data yang dirilis Statista menyebutkan, perusahaan fintech (financial technology) tumbuh signifikan dari 51…

1 day ago

REJO Pamerkan Produk Inovatif di World Tobacco Asia 2024

MIX.co.id – REJO, merek produk perintis Heat Not Burn (HNB), berpartisipasi dalam pameran World Tobacco…

1 day ago