Mobile game yang kini sedang populer ditengarai berisiko terjadinya serangan malware. Laporan mobile threat report McAfee 2020 mengungkapkan, peretas menggunakan popularitas mobile game untuk mendistribusikan aplikasi jahat melalui tautan di aplikasi chat room.
Aplikasi populer seperti FaceApp, Spotify, dan Call of Duty memiliki versi palsu yang mencoba memangsa konsumen yang tidak curiga, terutama pengguna yang lebih muda.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa peretas saat ini menggunakan aplikasi seluler tersembunyi, login menggunakan pihak ketiga, dan gaming palsu untuk menyerang perangkat seluler konsumen.
Para peretas telah mengembangkan cara menyerang dengan lebih tersembunyi, membuat mereka semakin sulit untuk diidentifikasi dan diatasi. Hal ini menjadikan tahun 2020 sebagai tahun serangan malware tersembunyi terhadap perangkat seluler.
“Saat ini ancaman seluler seperti bermain petak umpat, dan kami akan terus membantu konsumen untuk menjaga aset dan data mereka yang paling berharga," ujar Terry Hicks, Executive Vice President, Consumer Business Group McAfee dalam rilis yang disampaikan di Jakarta, Selasa (10/3). McAfee adalah perusahaan cybersecurity dari perangkat ke cloud.
Dijelaskan, pada ponsel terdapat malware bernama LeifAccess atau Shopper. Malware ini didistribusikan melalui media sosial, platform game, malvertising, dan aplikasi chat gamer. Peringatan palsu digunakan untuk membuat pengguna mengaktifkan layanan aksesibilitas, memungkinkan berbagai serangan malware.
Menurut Raj Samani, McAfee Fellow and Chief Scientist, Ada tren yang berkembang bagi banyak aplikasi agar tetap tak terdeteksi, yang digunakan untuk mencuri informasi berharga dan data penting dari perangkat konsumen yang menjadi remote kendali di dunia digital.
“Sekarang, konsumen harus lebih kritis menyadari ancaman modern dan mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mempertahankan diri, seperti teliti dalam menggunakan app store yang resmi dan membaca ulasan dengan cermat,” tandasnya. ()