News Trend

THE POWER OF CULT BRANDING: MEMAHAMI FENOMENA DI BALIK ANTUSIASME PENGGEMAR COLDPLAY

Tiket konser Coldplay membawa penggemar berbondong-bondong, dengan euforia yang menggugah jiwa dan semangat yang menggelora. Namun, seiring dengan antusiasme itu muncul juga pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang membuat seorang penggemar rela merogoh kocek dalam-dalam, bahkan sampai meminjam uang, hanya untuk melihat band favoritnya beraksi di atas panggung.

Fenomena ini menunjukkan kekuatan dari apa yang disebut sebagai ‘cult branding’. Ini adalah kekuatan yang melampaui batas-batas logika dan rasionalitas, mendorong individu untuk melakukan tindakan yang mungkin tidak mereka lakukan dalam keadaan normal. Ini adalah kekuatan yang melibatkan pengalaman emosional dan sosial, menciptakan ikatan yang begitu kuat antara penggemar dan brand sehingga mempengaruhi perilaku konsumen secara signifikan.

Coldplay, dalam hal ini, bukan hanya sekadar band musik. Bagi para penggemarnya, mereka adalah bagian dari gaya hidup, bagian dari identitas mereka. Mereka memberikan pengalaman yang tak terlupakan dan nilai-nilai yang bisa dipercaya. Dan melalui komitmen terhadap kualitas musik dan interaksi dengan penggemar, mereka berhasil menciptakan komunitas penggemar yang loyal dan berdedikasi.

Namun, ‘cult branding’ juga memiliki sisi lainnya. Keterikatan emosional yang kuat dapat mendorong individu untuk membuat keputusan yang mungkin tidak sehat, seperti meminjam uang untuk membeli tiket konser. Oleh karena itu, penting untuk masyarakat memahami dan mengenali fenomena ini, serta mempertimbangkan dampaknya sebelum membuat keputusan.

Konsep ‘cult branding’ ini bukanlah ide baru. Teori Abraham Maslow tentang ‘Hierarchy of Human Needs’ menjelaskan bagaimana manusia memiliki kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tetapi begitu kebutuhan dasar ini terpenuhi, manusia kemudian mulai mencari pengalaman dan pencapaian yang lebih tinggi, seperti interaksi sosial dan penghargaan diri. Inilah yang memungkinkan ‘cult branding’ menjadi begitu kuat dan berpengaruh.

Perusahaan dengan ‘cult brands’ sukses karena mereka memahami dan memanfaatkan motivasi dan perilaku manusia ini. Mereka tidak hanya fokus pada menjual produk atau jasa, tetapi juga pada memenuhi kebutuhan tingkat tinggi seperti rasa hormat, interaksi sosial, dan aktualisasi diri.

Dalam prakteknya, ada tujuh aturan emas yang membantu dalam menciptakan dan mempertahankan ‘cult brand’:

(1) Konsumen ingin menjadi bagian dari grup yang berbeda: Banyak konsumen merasa ditarik untuk menjadi bagian dari sesuatu yang unik dan eksklusif. Mereka ingin merasa spesial dan berbeda dari orang lain. ‘Cult brands’ menawarkan kesempatan untuk menjadi bagian dari komunitas yang berbeda, yang memiliki nilai, gaya hidup, dan identitas yang berbeda.

(2) Penemu ‘cult brand’ menunjukkan keberanian dan determinasi: Mereka yang menciptakan ‘cult brands’ biasanya memiliki visi yang berbeda dan berani. Mereka tidak takut untuk mengambil risiko dan berbeda dari norma. Mereka memiliki determinasi untuk membangun sesuatu yang baru dan berbeda, yang seringkali menjadi daya tarik utama bagi penggemar.

(3) ‘Cult brands’ menjual gaya hidup: Mereka tidak hanya menjual produk atau layanan, tetapi juga gaya hidup. Konsumen ‘cult brand’ sering kali mengidentifikasi diri mereka dengan gaya hidup yang dianut oleh brand tersebut.

(4) Dengarkan suara para penggemar dan ciptakan evangelis ‘cult brand’: ‘Cult brands’ sangat memperhatikan feedback dari konsumennya. Mereka berusaha keras untuk membangun hubungan yang kuat dengan penggemarnya, yang kemudian menjadi evangelis atau duta merek yang bersemangat dan setia.

(5) ‘Cult brands’ selalu menciptakan komunitas pelanggan: Mereka menghargai dan merayakan konsumennya. ‘Cult brands’ sering kali memiliki komunitas pelanggan yang kuat, yang mendukung dan mempromosikan merek tersebut.

Page: 1 2

Edhy Aruman

Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Sebelum di Swa, Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen PR FISIP UI, dosen riset STIKOM LSPR Jakarta, dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.

Recent Posts

Rinnai Luncurkan Kompor dengan Teknologi Automatic Menu

MIX.co.id - Rinnai Indonesia resmi meluncurkan Smart Hob Rinnai RB-A2660G(B), yang menawarkan teknologi Automatic Menu…

1 hour ago

Kantar ART.AI Tawarkan Hasil Riset Pasar yang Cepat dan Komprehensif

MIX.co.id - Konsultan riset pasar, Kantar, resmi merilis solusi terbarunya, Kantar ART.AI, pada hari ini…

8 hours ago

Fokus pada Segmen B2B, Telkom Hadirkan Telkom Solution

MIX.co.id - Telkom Indonesia berkomitmen dalam menghadirkan solusi dan layanan digital inovatif yang dapat mendukung…

10 hours ago

PT Delta Sukses Teknologi Dorong Transparansi dan Inovasi Industri Rokok Elektrik

Commercial Director di PT Delta Sukses Teknologi Harold Hutabarat memberikan keterangan pers saat media update…

10 hours ago

XL Axiata Luncurkan XL Circle untuk Pelanggan Prabayar, Apa Benefitnya?

MIX.co.id - XL Axiata resmi merilis fitur inovatifnya, XL Circle, pada hari ini (12/3), di…

24 hours ago

McDonald’s Indonesia Berikan BPJS Ketenagakerjaan untuk Mitra Petani Lokal

MIX.co.id - Tahun ini, McDonald's Indonesia melanjutkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan petani lokal. Dukungan itu…

1 day ago