Sejak digelar pada tahun 2005 hingga sekarang, popularitas “Festival Jajanan Bango” (FJB) yang diusung oleh brand Kecap Bango, terus menguat. Salah satu parameter dari kekuatan popularitas tersebut adalah jumlah pengunjung yang tiap tahunnya mencapai 90 ribu hingga 100 ribu. Bahkan, konsep festival kuliner dengan menghadirkan masakan dari berbagai daerah di nusantara itu sanggup menjadi benchmark sekaligus diikuti oleh brand-brand lain.
Kesuksesan Kecap Bango—salah satu merek milik PT Unilever Indonesia Tbk—dalam menghadirkan aktivasi merek yang berkesan hingga dinanti-nanti para pecinta kuliner, bukanlah perkara mudah. Apalagi, FJB menjadi program rutin tahunan yang dituntut menyajikan pengalaman yang unik dan berkesan bagi para pengunjungnya. Sejatinya, inovasi dan kreativitas menjadi kunci kebehasilan Unilever dalam menghelat setiap perhelatan FJB.
Dikatakan Hernie Raharja, Foods Director PT Unilever Indonesia Tbk., setiap tahunnya, Unilever senantiasa menyajikan kreatif yang berbeda. Langkah itu sejatinya untuk menghindari kebosanan sekaligus menarik minat para pengunjung baru. Oleh karena itu, pada perhelatan FJB 2019 yang akan digelar di area Parkir Squash-Gelora Bung Karno-Jakarta pada 16-17 Maret mendatang, tersaji tiga hal baru yang ditawarkan Unilever.
"Hal pertama yang membuat FJB 2019 berbeda dari tahun-tahun sebelumnya adalah logo FJB yang kami segarkan. Penyegaran logo tersebut menampilkan motif batik dari sejumlah daerah di Indonesia. Objektfinya adalah untuk memperkuat pesan ke-Indonesia-an. Penyegaran logo ini juga akan diikuti dengan tampilan dan suasana di venue FJB 2019,” jelasnya di sela-sela press conference yang digelar hari ini (21/2), di Jakarta.
Hal kedua yang membuat FJB 2019 berbeda adalah kehadiran area khusus bagi 10 Penjaja Kuliner Lintas Generasi. Dijelaskan Hernie, di tengah lebih dari 80 penjaja kuliner yang akan hadir di FJB 2019, Bango mendedikasikan sebuah area khusus bagi 10 penjaja kuliner lintas generasi yang memiliki dedikasi tinggi dalam mempersembahkan aneka kelezatan hidangan mereka dari generasi ke generasi. “Harapannya, usaha mereka akan lebih dikenal dan diapresiasi oleh puluhan ribu pecinta kuliner yang setiap tahunnya selalu memadati FJB,” tutur Hernie.
Kehadiran area khusus itu senada dengan tema FJB 2019, yakni “Kelezatan Asli, Lintas Generasi”. Menurutnya, tema tersebut sejalan dengan misi sosial Kecap Bango untuk terus mengangkat dan mempopularkan kelezatan kuliner asli Indonesia. “Bango berkomitmen untuk mendukung semangat para penjaja kuliner dalam memulai ataupun meneruskan bisnis kuliner Indonesia agar regenerasi pelestariannya dapat terus berlanjut,” lanjutnya.
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa saat ini, para pecinta kuliner makin percaya bahwa ragam kuliner Indonesia yang dimasak dengan cara autentik pastinya memiliki nilai lebih dari segi rasa. Tak heran, semua kelezatan asli ini terus dicari dan disukai karena cita rasanya yang kaya, unik, dan sangat Indonesia.
“Di antara serbuan kuliner asing atau yang serba instan ternyata para pecinta kuliner, terutama generasi muda, masih mencari sesuatu yang autentik. Sayangnya, di tengah antusiasme ini, kini semakin banyak kekayaan kuliner asli Indonesia yang mulai langka, bahkan hampir punah. Jika keaslian rasa dan resepnya tidak terjaga, dan tidak ada orang atau penjaja kuliner yang terus membuatnya, regenerasi pelestarian kuliner Indonesia tentunya jadi mustahil dilakukan,” yakin Hernie.
Kekhawatiran itu juga diungkapkan oleh Chef Ragil Imam Wibowo, seorang pengamat kuliner dan foodpreneur yang banyak memfokuskan diri pada keragaman kuliner asli Indonesia. “Saya sangat percaya akan nilai lebih dari sebuah autentisitas. Oleh karena itu, saya selalu mencari inspirasi dalam menyiapkan menu di restoran saya dengan berkunjung langsung ke daerah asalnya,” tandasnya.
...