Traveloka Effect Picu Leisure Economy di Indonesia

Merujuk studi We Are Social pada Januari 2018, ada tiga kategori yang pertumbuhannya paling tinggi di e-Commerce Indonesia. Ketiganya adalah kategori Toys, DIY (Do It Yourself), dan hobby yang naik 27%, Fashion & Beauty yang bertumbuh 25%, dan Travel yang melonjak 23%.

Pertumbuhan yang signifikan di e-Commerce tersebut tak lepas dari kenaikan yang tinggi atas penetrasi internet, media sosial, dan smartphone di Tanah Air. Data We Are Social pada Janauri 2018 mengungkapkan bahwa penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 50% (132,7 juta jiwa). Adapun penetrasi pengguna aktif media sosial, jumlahnya mencapai 49% (130 juta pengguna).

Kenaikan signifikan di kategori travel ditandai dengan munculnya tren Leisure Economy. Menurut pengamat pemasaran Yuswohady, booming Leisure Economy di Tanah Air salah satunya diakibatkan Traveloka Effect. Sebagai startup lokal yang kini telah menjelma menjadi Unicorn—lantaran telah memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar—Traveloka dinilai Yuswohady telah berpengaruh siginfikan terhadap industri travel di Indonesia.

Studi yang dirilis Inventure menunjukkan bahwa Traveloka menjadi aplikasi yang paling sering dikunjungi (27,42%). Selanjutnya, diikuti oleh aplikasi perusahaan penerbangan (24,97%), Kereta Api (23,19%), Tiket.com (17,85%), dan Agoda.com (14,48%). Sementara itu, empat alasan utama traveler tidak menggunakan travel agent adalah karena travel agent dinilai mahal, menggunakan travel online tidak perlu booking, tidak begitu familiar dengan travel agent, dan lebih mudah melakukan traveling tanpa travel agent.

Dijelaskan PR Director Traveloka Sufintri Rahayu di acara 'Asian Spot' yang digelar London School of Public Relations-Jakarta pada hari ini (27/9), di Kampus LSPR-Jakarta, “Saat ini, Traveloka menjadi pemimpin di pasar travel online di Asia Tenggara. Sampai sekarang, sudah ada 40 juta pengunduh platform Traveloka. Misi kami adalah memberikan best user experience bagi para pelanggan.”

Di tengah makin ketatnya persaingan di industri travel online, diakui Sufintri, strategi yang dilancarkan Traveloka sebagai market leader adalah dengan senantiasa mendengarkan feedback konsumen maupun pelanggan. “Oleh karena itu, dari waktu ke waktu, kami selalu melihat sekaligus menganalisis feed back dari kustomer, demi memberikan layanna yang terbaik untuk kustomer kami. Prinsip Traveloka, kustomer adalah yang pertama,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Traveloka menyasar semua segmen, baik traveler keluarga maupun backpacker. Itu sebabnya, berbagai paket yang ditawarkan Traveloka pun cukup beragam, mulai dari yang harganya terjangkau untuk para backpacker, hingga premium untuk mereka yang menginginkan layanan premium.

“Untuk itu, kami memiliki banyak partner penerbangan, hotel, restoran, maupun yang lainnya. Saat ini misalnya, kami memiliki lebih dari 100 partner airline, baik dari low cost carrier maupun full service carrier yang melayani 200 ribu rute di dunia. Kami juga telah bekerja sama dengan 300 ribu hotel yang terbesar di 28 negara di dunia,” tutur Sufintri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)