Studi Perilaku Ibu Indonesia Selama Masa Physical Distancing yang dirilis Orami menunjukkan terdapat perubahan dari segi perilaku dan keseharian para Ibu di Indonesia pada minggu ke-4 #DiRumahAja. Perubahan ini tidak hanya pada perilaku berbelanja, melainkan juga memiliki efek terhadap dinamika hubungan dengan anak maupun pasangan. Studi dilakukan pada tiga segmen ibu, yakni ibu bekerja, ibu rumah tangga, dan mompreneur.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa #DiRumahAja memberikan efek perasaan yang campur aduk bagi para Ibu, mulai dari bosan, lelah, maupun cemas. Namun, tidak sedikit yang juga merasa senang dan beberapa merasa lebih mindful. Perubahan pola komunikasi dan rutinitas sepertinya memberikan banyak perspektif baru untuk para ibu,” papar Cynthia Tenggara, Head of Orami Parenting.
Studi ini menunjukkan kecenderungan bahwa #DiRumahAja ternyata dapat meningkatkan kualitas hubungan antara ibu baik dengan anak maupun pasangannya. Hal ini disebabkan karena adanya rutinitas yang berubah dan kuantitas pertemuan yang lebih banyak.
Temuan pertama, para ibu yang merasakan kualitas hubungannya dengan pasangan membaik jauh lebih banyak dibandingkan yang merasa kualitas hubungan dengan pasangan memburuk. "Sebanyak 35% mengaku hubungannya dengan pasangan semakin mesra, dan hanya 7% yang mengaku menjadi kerap bertengkar," lanjutnya.
Temuan kedua, bagi working mom (ibu bekerja), tiga hal yang paling dirasakan perubahannya adalah kesulitan karena harus membagi waktu antara mengurus anak dan juga bekerja (53%), sebanyak 48% merasa quality time dengan anak semakin bertambah, dan sebanyak 35% lainnya jadi punya waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain seperti masak atau melakukan hobi lainnya.
Temuan ketiga, pada Ibu Rumah Tangga, ada tiga hal yang paling dirasakan perubahannya pada saat #DiRumahAja. Ketiga hal itu adalah mereka (42%) merasa bahwa pekerjaan domestik bertambah karena semua anggota ada di rumah. Namun, hal itu dibarengi dengan quality time dengan pasangan yang bertambah (50%) dan perasaan senang karena akhirnya ada yang membantu mereka melakukan pekerjaan rumah tangga (34%).
Temuan keempat, mompreneur (ibu yang memiliki usaha) mengeluhkan hal yang berbeda. Mayoritas ibu (47%) mengaku penjualannya mengalami penurunan. Bahkan, 18% lainnya harus menutup sementara usahanya, dan sebanyak 6% lainnya sampai harus menutup total usahanya. Namun, sebanyak 24% mompreneur mengaku penjualannya justru meningkat.
Temuan kelima terkait konsumsi pemberitaan tentang Covid-19. Mayoritas ibu merujuk pada konten yang disajikan televisi (65%), channel berita online (61%), dan juga media sosial (50%) sebagai sumber informasi yang paling dipercaya. Sedangkan informasi dari aplikasi pesan singkat, memiliki tingkat kepercayaan yang rendah (13%).
Temuan keenam, penerapan physical distancing juga berpengaruh terhadap tingginya konsumsi belanja online untuk perlengkapan Ibu dan Bayi. Sebanyak 50% ibu mengaku berbelanja perlengkapan Ibu dan Bayi melalui e-commerce dan 26% melalui toko online yang ada di media sosial.
Hal itu kontras dengan cara ibu berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari seperti sembako, daging, dan sayur. Pada temuan ketujuh, sebanyak 65% ibu mengaku masih pergi ke pasar/warung/ tukang sayur seperti biasa. Sebanyak 58% responden mengaku bahwa kebutuhan dasar untuk anak dan bayi seperti popok dan susu pun mengalami peningkatan atau stok yang dibeli menjadi lebih banyak.