“Kami mengundang para profesional level global untuk bergabung mengembangkan pasar ekspor yang sudah kami rintis. Ketika perusahaan-perusahaan besar turun kinerjanya karena berbagai sebab, kami ingin memberi kesempatan kepada yang profesional yang ter-PHK untuk berkiprah di perusahaan nasional yang mulai go internasional,” ujarnya.
Yang unik, Turrima mengharuskan kandidat tersebut untuk siap tinggal bersama keluarganya di desa pinggiran Kabupaten Sragen tempat pabrik pusat berlokasi. Selain itu, mereka juga harus berani berkulit gosong di bawah paparan terik matahari dan bersedia belajar ngaji pada kyai kampung. “Intinya, kami mencari kandidat yang lebih suka ngopi di pinggir sawah daripada kongkow di kedai kopi merek dari Amerika,” tambah Mulyono sambil tertawa kecil.
PT Turrima didirikan oleh Mulyono pada tahun 1998 dengan fokus pada produksi pupuk organik. Turrima menyasar pasar ekspor dan pasar dalam negeri, baik untuk segmen B2B maupun ritel. Selain kantor pusatnya di Sragen, saat ini Turrima memiliki 9 pabrik pupuk kompos di berbagai daerah, termasuk di Wonogiri dan Lampung.
Dalam praktiknya, Turrime juga menggalang kerjasama dengan beberapa peternak lokal. Melalui formula ciptaan Mulyono yang merupakan alumnus jurusan Kimia Universitas Negeri Surakarta (UNS), Turrima telah membantu para peternak untuk mengolah kotoran ternaknya agar bisa menjadi pupuk yang berharga.
(PENULIS: BINTARI)