PT Uni-Charm Indonesia Tbk. resmi memperkenalkan konsep new life style, “Ethical Living for SDGs”, pada hari ini (28/7) secara virtual. Konsep “Ethical Living for SDGs” merupakan bentuk kontribusi langsung Uni-Charm dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Dituturkan Yuji Ishii, Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk., "Konsep Ethical Living For SDGs bertujuan untuk berkontribusi langsung dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, dengan mengusulkan konsep gaya hidup baru yang menerapkan ‘Kebaikan kecil’. Konsep ini juga sebagai upaya kami dalam menangkap isu lingkungan di Indonesia dan minat konsumen terhadap produk ramah lingkungan dan green.”
Kehadiran konsep “Ethical Living For SDGs” tak lepas dari sejumlah fakta. Antara lain, beragam isu lingkungan seperti jumlah sampah di Indonesia yang telah mencapai sekitar 67 juta ton, di mana sekitar 7,2 juta ton adalah sampah plastik. Selain itu, jumlah sampah yang dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah sampah plastik laut terbesar kedua di dunia.
Sementara itu, menurut laporan McKinsey, lebih dari 60% konsumen di Indonesia bersedia membayar biaya tambahan untuk merek ramah lingkungan, di mana trennya lebih tinggi daripada negara lain di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini terutama berlaku bagi anak muda, khususnya generasi milenial.
“Kami percaya bahwa kami tidak boleh lepas dari tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap masalah lingkungan untuk menjadikan bumi tempat yang nyaman bagi anak-anak yang akan menikmati kehidupan di masa depan,” yakinnya.
Upaya nyata pertama dari Ethical Living for SDGs adalah Peluncuran produk Charm and Protect Pollution Mask dalam edisi terbatas yang menggunakan kemasan dari kertas daur ulang 100% untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni 2021). Pemanfaatan kertas daur ulang 100% adalah upaya pertama yang dilakukan Unicharm Group.
“Selain itu, dalam upaya kedua ini, kami jalankan aktivitas untuk menambah opsi dalam memecahkan berbagai masalah. Dalam tumpukan sampah di Indonesia, selain sampah organik, tercampur juga sampah popok sekali pakai. Dengan mengacu pada contoh pengolahan sampah organik menggunakan larva Black Soldier Fly (Maggot), kami telah melakukan verifikasi bahwa sampah popok sekali pakai (pulp) dapat dikurangi, dengan membuat larva tersebut memakan popok sekali pakai (pulp) yang disakarifikasi menggunakan selulase (enzim),” paparnya.
Untuk mewujudkan daur ulang popok sekali pakai di Indonesia, Uni-Charm menganggap bahwa tidak hanya pembuktian eksperimen menggunakan Maggot, namun diperlukan juga penetrasi pemisahan sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah. “Oleh karena itu, kami memulai upaya ini sebagai solusi masalah sampah. Upaya kami ini akan menjadi serangkaian upaya untuk menambah solusi dalam rangka penyelesaian masalah sampah di Indonesia. Walaupun tidak dapat menyelesaikan semuanya, akan kami coba mengadopsi Best Practice yang diterapkan di dunia. Kami percaya bahwa upaya ini sejalan dengan konsep yang diperkenalkan oleh Ethical Living,” tutupnya.