Upaya ARO LEPRINDO Mencetak Tenaga Profesional RO

Sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia bersama-sama WHO telah mencanangkan program “Vision 2020, The Right to Sight”. Objektif dari program tersebut adalah untuk menghilangkan kebutaan pada tahun 2020 sehingga tercapai penglihatan sempurna di masyarakat.

Di Indonesia, program tersebut dikenal sebagai Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di masyarakat. Menurut Kementerian Kesehatan RI, angka kebutaan dan kesakitan mata masih tinggi dibandingkan dengan jumlah tenaga profesional yang masih terbatas dan belum tersebar secara merata. WHO memperkirakan tiap menit terdapat 12 orang menderita gangguan penglihatan di dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap menit terdapat 1 orang menderita gangguan penglihatan.

Tingginya tingkat gangguan penglihatan pada masyarakat Indonesia, tentu saja berdampak pada tingkat kebutuhan tenaga profesional di rumah sakit, klinik mata, maupun optik. Oleh karena itu, peran institusi yang mampu mencetak tenaga profesional di bdiang itu menjadi sangat dibutuhkan.

Adalah ARO LEPRINDO, lembaga pendidikan Refraksionis Optisien (RO) terdepan di Indonesia, turut berperan dalam mencapai target pemerintah Indonesia tersebut. Hadir sejak tahun 1978, menjadikan ARO LEPRINDO pelopor yang telah mencetak RO terbanyak di Indonesia. RO adalah orang yang berwenang melakukan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil pemeriksaan, menyiapkan juga membuat lensa kacamata atau lensa kontak.

Dikatakan Handryn Muchzir Murti, OD (Doctor of Optometry) selaku Ketua Yayasan ARO LEPRINDO, sampai saat ini ARO LEPRINDO telah bermitra dengan perusahaan yang bergerak di bidang optikal dan lensa kontak di Indonesia.

Bahkan, semua mahasiswa yang masih menuntut ilmu di ARO LEPRINDO sudah dilirik oleh stakeholder dan diminta bekerja seperti di Rumah Sakit, Klinik mata, maupun optik-optik ternama di Indonesia.

“Kami terus mengembangkan sarana dan prasarana, guna dapat membantu melahirkan para ahli di bidangnya. Salah satunya, dengan melengkapi sarana klinik dan laboratorium yang terkini,” paparnya.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa ke depan, tidak hanya sebatas sarana dan prasarana, ARO LEPRINDO juga akan bekerja sama dengan Optometry-Centro Escolar University, Manila. “Dengan demikian, ke depannya kami dapat menjembatani para mahasiswa yang ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kami pun berharap dapat menjadi role model untuk akademi refraksi optisi lainnya, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun saranan dan prasarananya,” tuturnya.

Ditambahkan Dian Leila Sari, A.Md.RO.,Spd.,MKES selaku Direktur LEPRINDO dan Ketua Umum IROPIN, saat ini sudah tercatat 8.600 orang sebagai Refraksionis Optisien (RO) di Indonesia. Di sisi lain, kebutuhan pasar terhadap tenaga Refraksionis Optisien (RO) semakin tinggi.

“Kehadiran klinik mata dan optik-optik besar maupun kecil memang terus menjamur. Namun, sangat disayangkan Refraksionis Optisien di Indonesia sendiri tidak sebanding dengan jumlah kebutuhannya,” ujar Dian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)