MIX.co.id - Studi “Financial Fitness Index” yang dirilis OCBC NISP menyebutkan bahwa sebanyak 46% responden percaya diri memiliki perencanaan finansial yang baik. Akan tetapi, faktanya hanya 16% dari responden yang memiliki dan menyiapkan dana darurat serta hanya 3% saja yang sudah memiliki produk investasi.
“Saat ini, masyarakat, antara lain anak muda, mudah sekali bertransaksi, baik untuk berbelanja maupun traveling. Apalagi dengan adanya pinjaman online, yang memudahkan mereka untuk bertransaksi, hingga berunjung konsumtif,” ujar Rudy Hamdani, Digital Business Head Bank OCBC NISP, pada Group Interview yang digelar secara virtual, Desember ini.
Kemudahan transaksi faktanya telah menjebak konsumen menjadi konsumtif. Hal ini terjadi, karena kurangnya literasi keuangan atau literasi finansial. Oleh karena itu, menurut Rudy, OCBC NISP perlu melakukan edukasi bahwa masyarakat jangan sampai terjebak gaya hidup “Sultan” atau “BPJS” (Bujet Pas-pasan, Jiwa Sosialita).
Salah satu upaya yang OCBC NISP lakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang bagaimana mengelola keuangan yang baik dan benar, dengan cara yang lebih simple. Termasuk, melakukan edukasi tersebut melalui media, dengan menggelar group interview.
“Bank juga punya banyak produk yang tidak hanya membuat konsumen jadi konsumtif, tetapi juga bisa untuk menabung dan meningkatkan kekayaan mereka, melalui produk investasi. Contoh, produk reksadana, sukuk, deposito, dan sebagainya. Produk-produk investasi seperti inilah yang harus kami perkenalkan kepada nasabah kami sejak dini, termasuk kepada milenial,” ucapnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, OCBC NISP memiliki layanan digital One Mobile. “One Mobile adalah layanan mobile banking yang lengkap. Salah satu fitur yang kami hadirkan di One Mobile adalah dengan fitur yang membantu nasabah untuk menabung agar finansial mereka tetap sehat. Antara lain, fitur investasi berupa tabungan reksadana berjangka Rp 20 ribu per hari, yang sangat terjangkau bagi nasabah milenial. Ini semua kami hadirkan agar uang yang mereka pupuk dapat bertumbuh ke depannya,” urai Rudy.
Diakuinya, bisnis model OCBC NISP cukup berubah dengan hadirnya layanan digital. Terbukti, saat ini, sebagian besar pembukaan rekening telah dilakukan melalui online atau mobile. Padahal, dulu, semua dilakukan lewat cabang (offline). Selain itu, sebagian besar transaksi juga dilakukan lewat digital. Bahkan, investasi seperti reksadana dan sukuk, sudah menggunakan mobile banking. “Jadi, ini membuktikan bahwa kontribusi layanan digital di OCBC tercatat besar sekali,” yakin Rudy.
Sebagai bentuk komitmen OCBC NISP untuk mengedukasi masyarakat agar memiki keuangan yang sehat, maka promosi yang dilakukan OCBC NISP kepada nasabah tidak melulu belanja, tetapi mereka didorong untuk bisa berinvestasi agar memiliki financial fit. “Konsumtif perlu, tapi tetap harus sesuai dengan kemampuan mereka dan harus mampu mengelola keuangan mereka agar tetap sehat, dengan melakukan investasi misalnya,” imbuhnya.
Bicara soal tren aplikasi keuangan 2022 mendatang, dikatakan Rudy, trennya akan makin mempermudah transaksi keuangan, baik untuk berbelanja maupun investasi, dalam satu aplikasi yang teritegrasi.”Aplikasi keuangan juga tidak hanya mengincar anak muda, tetapi juga nasabah perbankan. Artinya, transaksi digital akan menyentuh hampir semua kalangan,” tutupnya.