Sinergi lintas fungsi menjadi kunci agar DEI berakar kuat. Tim PR bekerja berdampingan dengan divisi SDM untuk menyelaraskan komunikasi dengan kebijakan rekrutmen, pengembangan karier, dan retensi.
Kegiatan mentorship lintas identitas, misalnya, diperkenalkan PR sebagai bagian dari rangkaian komunikasi, memastikan narasi inklusif terjamah dalam praktik sehari-hari.
Inisiatif ini mengingatkan kita bahwa storytelling PR terbaik adalah yang termanifestasi dalam struktur organisasi, bukan semata materi publikasi.
Peran PR semakin kuat ketika pimpinan organisasi tampil sebagai duta DEI. Lewat pidato, wawancara, dan konten digital, eksekutif menyampaikan komitmen pribadi—bahwa keberagaman bukan beban, melainkan sumber daya strategis.
Seorang peserta menuturkan, “Ketika CEO memimpin diskusi inklusi dan mempublikasikan refleksi pribadi, kami merasa didorong untuk bertindak.” Kepercayaan tumbuh karena nilai-nilai DEI tidak hanya diucapkan, tetapi diperlihatkan secara konsisten.
PR adalah katalisator budaya organisasi. Kesaksian seorang juri menjadi penegas: “Kala DEI ditaburkan sebagai pondasi strategi, PR akan menjadi pilar utama yang menyalakan percikan inovasi dan loyalitas.”
Dengan kolaborasi lintas fungsi, narasi autentik, protokol evaluasi yang terukur, dan kepemimpinan yang menginspirasi, PR membuktikan bahwa keberagaman, kesetaraan, dan inklusi bukan isapan jempol, melainkan denyut nadi organisasi masa depan—di mana setiap individu merasa dihargai, didengar, dan diundang untuk berkontribusi.
