BISNIS PENERBANGAN DI INDONESIA: POTENSI BESAR ATAU TANTANGAN BERAT?

Secara makro, bisnis aviasi di Indonesia masih memiliki potensi yang besar meskipun terdampak pandemi COVID-19. Lalu apa saja potensi dan tantangannya?

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada kuartal II 2020, jumlah penumpang pesawat terbang di Indonesia menurun sebesar 88,61% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, pada kuartal I 2021, terjadi kenaikan jumlah penumpang sebesar 9,16% dibandingkan kuartal sebelumnya, menunjukkan adanya tren pemulihan.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas angkutan udara dalam program Indonesia Maju 2020-2024 dengan membangun 15 bandara baru dan memperluas 20 bandara yang sudah ada, sehingga akan meningkatkan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia.

Tak hanya itu, bisnis kargo udara di Indonesia juga menunjukkan potensi yang besar. Menurut data dari Asosiasi Perusahaan Pengiriman Udara Indonesia, pada 2020, bisnis kargo udara di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 29% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama karena adanya peningkatan perdagangan online selama pandemi.

Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi sebagai destinasi pariwisata yang menarik. Dalam laporan dari World Travel & Tourism Council, Indonesia menempati posisi ke-20 dari 185 negara sebagai kontributor terbesar dalam sektor pariwisata global, dengan kontribusi 6,5 juta pekerjaan dan kontribusi ekonomi sebesar 7,8% dari total GDP.

Namun, masih ada beberapa tantangan dalam bisnis aviasi di Indonesia, seperti regulasi yang masih kompleks, biaya operasional yang tinggi, dan persaingan yang ketat dengan maskapai asing. Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan industri untuk menciptakan regulasi yang lebih efektif dan memberikan insentif bagi industri aviasi untuk meningkatkan daya saing.

Beberapa hari lalu, TransNusa Aviation Mandiri (TransNusa), memperkenalkan armada barunya, COMAC ARJ21-700 buatan China. Ini digadang-gadang sebagai salah satu langkah strategis TransNusa dalam menghadirkan peremajaan armada yang sekaligus mendukung ekspansi bisnis penerbangan berkonsep Low Cost Carrier (LCC).

Bisa jadi itu layak, sebab peluang bisnis TransNusa terlihat menjanjikan dengan pengoperasian pesawat regional jet baru, COMAC ARJ21-700, yang mampu mendukung ekspansi bisnis penerbangan berkonsep Low Cost Carrier (LCC) dan memperkuat armada TransNusa di Indonesia. Selain itu, dukungan terhadap pemulihan industri penerbangan di Indonesia juga menjadi peluang untuk mengembangkan bisnis penerbangan di dalam dan luar negeri.

Namun, tantangan yang harus dihadapi oleh TransNusa antara lain persaingan ketat dengan maskapai penerbangan lainnya, kebijakan regulasi yang ketat, serta ketidakpastian kondisi ekonomi yang bisa mempengaruhi permintaan pasar. Sebagai maskapai penerbangan yang beroperasi di wilayah timur Indonesia, TransNusa Aviation Mandiri (TransNusa) memiliki beberapa pesaing potensial.

Mereka antara lain, Lion Air Group yang secara grup menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Lion Air Group juga beroperasi di wilayah timur Indonesia dan memiliki jaringan rute yang luas di seluruh Indonesia.

Pesaing lainnya adalah Citilink. Sebagai anak perusahaan dari Garuda Indonesia, Citilink juga memiliki jaringan rute yang luas di Indonesia dan melayani penerbangan dengan konsep Low Cost Carrier (LCC). Ada lagi Wings Air yang merupakan maskapai penerbangan regional di Indonesia. Wings Air juga memiliki jaringan rute yang luas di wilayah timur Indonesia dan melayani penerbangan dengan konsep LCC.

Pesaing terberat untuk TransNusa tergantung pada segmen pasar yang dituju. Jika TransNusa fokus pada penerbangan berkonsep LCC, maka pesaing terberatnya adalah Citilink dan Wings Air yang juga beroperasi dengan konsep yang sama. Namun, jika TransNusa fokus pada penerbangan regional yang melayani destinasi yang kurang dilayani oleh maskapai penerbangan lain, maka pesaing terberatnya bisa saja Lion Air Group atau Garuda Indonesia yang memiliki jaringan rute yang luas di seluruh Indonesia.

Bagaimana strategi TransNusa Aviation Mandiri sebaiknya? Agar bisa bersaing, strategi TransNusa Aviation Mandiri perlu mengembangkan bisnis penerbangan, seperti – pertama -- mengembangkan bisnis penerbangan berkonsep Low Cost Carrier (LCC).

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)