Latar Belakang
Saat ini, coklat merupakan kategori camilan terfavorit urutan keempat setelah kategori pastry, biskuit, dan permen. Nilai bisnisnya pun tercatat menggiurkan, yakni mencapai US$776 juta atau setara dengan Rp11,2 triliun. Sementara itu, penetrasi pasar coklat di Indonesia, masih di angka 78%.
Nilai bisnis tersebut sejatinya masih dapat digenjot lebih tinggi lagi, mengingat tingkat konsumsi per kapita orang Indonesia untuk coklat masih rendah, yakni 300-400 gram tiap tahun. Konsumsi coklat orang Indonesia ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi orang di United Kingdom (Inggris) yang mencapai 6 kilogram per kapita, Swiss 8,8 kilogram, dan Malaysia 1,1 kilogram.
Fakta tersebut membuat para produsen agresif menumbuhkan pasar snacking coklat. Salah satunya, perusahaan global Nestle melalui produk Kitkat, wafer biskuit berlapis coklat yang mengusung tagline, “Ada Break, Ada Kitkat”. Kitkat pertama kali dihadirkan di dunia pada 1935. Pada 1988, Kitkat sudah menjadi brand ikonik Nestle. Kini, Kitkat sudah tersebar di lebih dari 80 negara di dunia, termasuk di Indonesia yang hadir sejak 1990.
Salah satu upaya Nestle menumbuhkan pasar snacking coklat ini adalah dengan mengembangkan varian rasa Kitkat sesuai dengan selera lokal. Strategi ini sudah diterapkan di sejumlah negara, antara lain Jepang, Malaysia, dan Australia. Di Jepang Nestle meluncurkan lebih dari 300 varian rasa, dari yang konvensional seperti rasa stroberi, gree tea, rum raisin, hingga rasa coklat yang tidak biasa seperti wasabi, sushi, dan sake.
New Product Development
Di Indonesia, setelah meluncurkan Kitkat rasa durian, Nestle mencoba mengembangkan varian rasa lainnya lewat strategi Pop-Up Store. Untuk menjaring insight dari konsumen Indonesia, Nestle membuka gerai nonpermanen bagi khalayak sasarannya. Melalui gerai yang diberi nama Kitkat Chocolatory Pop-Up Store ini Kitkat mengajak masyarakat untuk memilih varian rasa khas Indonesia yang diinginkannya. Cita rasa khas Indonesia yang menjadi pilihan Kitkat adalah rasa Es Teler, Es Doger, Durian, Martabak, Klappertaart, Kerak Telor, Kurma, dan Mie Goreng. Berbeda dengan bentuk Kitkat rasa durian yang sudah dihadirkan massal di Indonesia, Kitkat berbagai rasa baru yang disajikan di Pop Up Store ini hadir dalam bentuk topping.
Dijelaskan BrandManagerChocolate PT Nestle Indonesia Prima Nestiti Paramita, seiring dengan kreativitas masyarakat Indonesia yang semakin berkembang dalam cara mereka menikmati makanan, maka Kitkat juga semakin terpacu untuk terus melakukan inovasi dalam menghadirkan pengalaman 'break' terbaik. “Inilah alasan mengapa kami sangat senang menghadirkan Kitkat Chocolatory Pop-Up Store di tengah-tengah masyarakat Indonesia, dengan cita rasa yang sudah tidak asing lagi,” katanya.
Kitkat Chocolatory Pop-Up Store akan hadir di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, selama 16-26 Agustus 2018. Di gerai yang terletak di Food Society Area (semacam foodcourt) mal tersebut, para pengunjung dapat berkreasi dan menciptakan Kitkat versi mereka sendiri hingga 10 ribu kombinasi rasa. Pada kegiatan Kitkat Create Your Break itu, Nestle juga menyediakan 15 pilihan topping, seperti Pisang, Kelapa, Kismis, Kulit Jeruk, Nangka, Bluberry, Cranberry, Kacang Tanah, Kacang Mede, Almond, Pistachio, Bubuk Cabai, Rose Petal (Kelopak Bunga Mawar), Honey Star, dan Milo Cereal.
“Kami berharap Kitkat Chocolatory Pop-Up Store di Jakarta ini akan menjadi salah satu catatan perjalanan kami untuk terus menghadirkan pengalaman 'break' terbaik bagi masyarakat Indonesia. Saat ini, kami masih fokus di daerah Jakarta. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan konsep ini akan hadir di daerah lain. Kami akan lihat responnya dulu,” papar Prima.
Sebelumnya, Kitkat Chocolatory Pop-Up Store telah lebih dulu hadir di Malaysia, Australia, dan Jepang dengan cita rasa yang disesuai dengan masing-masing negara. Pamela Bowie, selebriti pecinta coklat yang juga penggemar Kitkat mengaku senang akan kehadiran Kitkat Chocolatory Pop-Up Store di Indonesia.
“Saat saya mengunjungi Kitkat Chocolatory di Jepang, saya...