MIX.co.id - Kerja Keras vs Kerja Cerdas, inilah prinsip tentang etos kerja yang dipegang Boy Lukito, seorang veteran sales, commercial/operation dan market strategy & planning.
Prinsip tersebut, terutama di kalangan anak-anak muda milenial, terkesan kontradiktif karena para milenial kebanyakan lebih suka kerja cerdas ketimbang kerja keras. Tapi bagi Boy, begitu sapaan akrabnya, hal itu biasa saja dan merupakan sesuatu yang lumrah.
Selama delapan belas tahun berkarir di Procter & Gamble (P&G), perusahaan FMCG terbesar di dunia, mencetak dirinya menjadi profesional. P&G selalu mempekerjakan karyawan dengan pemikiran terbaik dan cerdas. Oleh karena itu, menurutnya, kerja cerdas memang telah menjadi tiket masuk untuk dapat bekerja di sini. “Namun, ketika seseorang bekerja keras, kerja keras tersebut akan selalu membawa seseorang lebih maju satu langkah dibandingkan dengan orang lain,” tutur Boy.
Meski menyandang gelar MBA dari Swinburne University of Technology dan Sarjana Teknik Industri dari Universitas Trisakti, Boy harus memulainya dari bawah, yakni blusukan ke pasar untuk menjual produk P&G ke toko-toko kecil. Mengendarai sepeda motor dengan tas sadel, ia melewati jalanan kota Surabaya di bawah terik matahari, keluar-masuk toko untuk menawarkan barang jualannya, produk P&G. Itu semua dilakukannya dengan penuh semangat dan ia tidak merasa kecewa jika ditolak oleh pemilik.
Perjuangannya tanpa kenal lelah itu rupanya berbuah manis. Oleh manajemen, ia kemudian ditunjuk untuk memimpin Modern Retail Channel serta memimpin Strategi Pemasaran Perdagangan, baik skala nasional maupun regional untuk kategori/merek utama P&G yang berbasis di Jakarta, Bangkok, dan Singapura. Suatu hari nanti, ia bertekad akan mengambil bagian dalam pencapaian bersejarah untuk membalikkan pangsa pasar Gillette di Australia.
Berbagai peran dan eksposur selama ini menjadi bekal penting baginya dengan keterampilan penting dalam keterlibatan C-Level, baik dari segi kepemimpinan multi-fungsi dalam tim yang besar, hingga meningkatkan kemampuan perusahaan.
Di balik kesuksesannya di perusahaan, hanya sedikit yang tahu bahwa Boy sebenarnya lahir dengan kelainan jantung ringan Ventricular Septal Defect (VSD), atau biasa dikenal sebagai 'kebocoran jantung', yakni kondisi bawaan yang membuatnya lebih cepat lelah daripada kebanyakan orang.
Dengan kondisi yang dialami itu, bagaimana ia mempertahankan kerja kerasnya? Beruntung, Boy beberapa tahun silam menemukan pelatihan hebat di P&G yang disebut “Corporate Athlete” yang membahas mengenai manajemen energi yang efektif. Sejak saat itu, ia mulai berlari, berenang & bersepeda secara teratur, dimulai dengan menyelesaikan lari 10K pertamanya hingga menyelesaikan Sprint-Distance Triathlon, Full Marathon, dan dua kali bersepeda Rapha dengan jarak 500K.
Dukungan dari keluarga tak luput memberi makna penting dalam perjalanan karirnya. Bagi Boy, sumber kekuatan yang tak akan lekang oleh waktu adalah kekuatan dari sang isteri Natasha, dan dua puteri cantiknya yang telah berusia 16 dan 5 tahun, Aiesha dan Aimee.()