Untuk sinergi dan efektivitas bisnis perusahaan, Danone Indonesia menggabungkan tim corcomm tiga anak perusahaannya, yaitu Aqua, Sarihusada, dan Nutricia Advance Medical Nutrition ke dalam satu tim di bawah bendera Corporate Communication Departement Danone Indonesia.
Ditulis Oleh: Marina Silalahi
Dilatari oleh inisiatif program 'One Danone' yang dilakukan Danone Global pada 2015, Danone Indonesia mereorganisasi beberapa departemen, salah satunya Departemen Corporate Communication (Corcomm). Kalau tadinya masing-masing anak usaha memiliki tim Corcom, sejak awal 2016 lalu, tim corcomm di tiga anak usaha itu digabung menjadi satu di bawah payung tim Corcomm Danone Indonesia.
Menurut Arif Mujahidin, Communication Director Danone Indonesia, semua tim dikumpulkan tetapi tugasnya tetap untuk men-support tiga usaha Danone Indonesia, yaitu Aqua, Sarihusada dan Nutricia. Tujuan merger tim corcomm ini antara lain untuk sinergi dan cross learning, semua divisi brand bisa saling belajar dari pengalaman satu sama lain.
“Kalau dulunya mereka hanya ngurusin satu produk—misalnya Corcomm Aqua hanya mengurus air doang, sementara Sarihusada dan Nutricia mengurus susu saja, maka dengan sinergi ini semua divisi bisa saling belajar dari knowledge dan experience masing-masing. Jadi, dalam dua tahun terakhir ini, kami Tim Corcom resmi men-support dua divisi, yaitu divisi Water (Aqua) dan Ealy life nutrition (SGM dan Nutricia),” papar Arief kepada MIX MarComm di kantornya.
Proses reorganisasi ini diakui Arif tidaklah mudah, karena antaranggota tim Corcomm tidak saling kenal sebelumnya. Atau kalau pun ada yang saling kenal, jumlahnya tidak banyak, dan levelnya “sekadar” kenal. Persoalan lainnya yang membuat merger ini tidak mudah adalah gap antar divisi brand.
Ariflalu menggambarkan latar belakang masing-masing brand yang membedakan penanganan komunikasinya. Mereka jelas berbicara produk yang berbeda, model bisnis berbeda, termasuk program Corporate Social Responsibility (CSR) pun pasti konsepnya beda. Teman-teman di Sarihusada menangani produk yang lebih mainstream karena mereknyapaling lama (SGM) dengan segmen pasar kelas menengah ke bawah yang kegiatannya lebih ke edukasi ibu dan anak. Sementara, Nutrilon dan Bebelac karakter konsumennya beda, sehingga cara komunikasinya juga beda. Demikian pula dengan Aqua.
“Jadi memang pasti akan selalu ada civil rivalry, saya biasa begini, si itu biasanya begitu. Prinsipnya, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda itu tidak apa-apa. Yang penting adalah bagaimana kita mampu membiasakan yang benar, bukan membenarkan kebiasaan. Kalau ada perspektif yang baik dari rekan kita, kenapa tidak? Itu adalah challenge dari sebuah teamwork,” ungkap Arif.
Proses reorganisasi yang diinisiasi lewat program “One Danone” ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara Danone di dunia. Beberapa departemen digabung menjadi satu, imbuh Arif, karena dianggap lebih efektif dalam men-support bisnis di regional masing-masing. Danone percaya, saling belajar, saling support, mengumpulkan knowledge dan pengalaman masing-masing tim bisa lebih men-support bisnis.
Sebagai komandan, Arif membawahi 12 anggota tim, termasuk External Communication Manager for Early Life Nutrition (Sarihusada dan Nutricia) Fauziah Syafarina Nasution, External Communication Manager for Water (Aqua) Chrysanthi Tarigan, Internal Communication Manager Novan Maridal, dan Corporate Social Media & Communications Event Indah Tri Novita.
“Pekerjaan di bidang corporate communication atau PR itu kan lebih ke soft skill. Secara behaviour, kita harus bisa menyampaikan pesan yang benar, belajar berkomunikasi yang baik, dan menciptakan story telling yang tepat. Saya juga masih harus belajar. Jadi kita di sini sama-sama belajar bagaimana menjadi representatif perusahaan yang baik,” tutur Arief.
Lalu apa target tim Corcomm Danone dalam waktu dekat? Dikatakan Arif, tiap tahun ada prioritas yang diberikan oleh Danone Global. “Tetapi di regional kami juga ada target sendiri. Intinya, tim Corcomm Danone harus hadir in good time and bad time. Terutama in bad times, karena risiko reputasi di zaman sekarang jauh lebih besar dimana era internet dan social media terus berkembang.”
Untuk itu, tim Corcomm harus bisa memberikan perspektif yang berbeda. “Kalau bikin activity untuk anak kecil, pesan dan kata-katanya sudah pas atau tidak. Pada saat good times, tim Corcomm juga harus ada di 'depan' untuk reputation building dengan cara story telling. Intinya, apapun prestasi kami, harus menjadi prestasi bersama, salah satunya adalah kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik,” pungkas Arief. *