“Kemajuan teknologi mendorong peningkatan pemerataan peluang dan kemampuan di semua kelas masyarakat, baik kaum urban maupun rural,” demikian salah satu prinsip yang diyakini oleh Sagara Technology, perusahaan konsultan teknologi dan agensi produk digital yang berbasis di Jakarta dan Bandung.
Dikatakan Adi Arriansyah, CEO dan Founder Sagara Technology, “Sebuah fenomena yang menarik, melihat banyaknya talenta daerah di Indonesia yang berhasil meraih prestasi dalam skala tinggi di era digital. Ini membuktikan bahwa teknologi betul-betul membuka pintu peluang bagi siapa saja. Talenta-talenta yang berasal dari daerah biasanya memiliki tingkat adaptabilitas dan daya juang yang tinggi. Kedua hal inilah yang ikut menjadi kunci menentukan kesuksesan usaha mereka, termasuk di Sagara.”
Ya, saat ini, Sagara memang diperkuat oleh banyak talenta daerah yang sudah mencatatkan segudang prestasi hingga kancah internasional. Contohnya, Adi yang berasal dari Ungaran, kabupaten Semarang, merupakan jebolan dari Founder Institute, sebuah program pelatihan entrepreneur asal Silicon Valley. Baru-baru ini, ia berhasil menembus program prestisius Executive Education di Harvard Business School. Ada pula Angga Fauzan, pria asal Boyolali, yang sempat viral berkat prestasinya yang mendunia. Pria lulusan S2 dari Edinburgh University ini menempati posisi Chief Marketing Officer Sagara.
“Kendati teknologi telah bantu membuka pintu, talenta manapun masih harus berjuang keras untuk bisa mencapai pintu itu. Sebenarnya, saya sendiri sempat gagal beberapa kali masuk ke Harvard. Di jaman sekarang, siapapun bisa mendaftar ke Harvard, tapi tidak semua orang akan pantang menyerah hingga rela mendaftar berkali-kali,” Adi mengingatkan.
Didirikan pada tahun 2014, Sagara konsisten untuk terus menjadi rumah untuk para talenta daerah. “Saat ini, sekitar 80% tenaga kerja Sagara berasal dari daerah. Mereka beragam asalnya, ada Galih Suryo Priatomo dari desa Gunungpati-Semarang, Nafa Ananda Lutfia dari kota Purwokerto, Novelasari Nadia Putri dari kota Batu, hingga Ade Saepul Mugni dari daerah Rancaekek-kabupaten Sumedang. Mereka punya karakteristik yang mirip, yaitu punya tekad yang kuat, siap kerja keras, dan humble,” papar Adi.
Sejatinya, kultur dan latar belakang talenta daerah sangatlah bervariasi. Karena itu pula, mereka jadi memiliki perspektif dan ide-ide fresh, unik, dan out-of-the-box. “Melihat contoh dari dalam tim kami yang banyak merupakan anak rantau, mereka juga memiliki antusiasme serta adaptabilitas tinggi yang sangat dibutuhkan dalam membentuk kerja sama tim yang kuat. Hal ini mungkin terjadi, karena mereka memang punya kesamaan latar belakang, yaitu telah memilih untuk berjuang bareng di kota,” yakin Adi.
Eka Pratamandhira, Senior Developer Sagara yang berasal dari Ternate-Maluku Utara, mengaku bahwa salah satu pembelajaran terpenting dalam karirnya adalah dengan menyelesaikan masalah klien dalam skala yang lebih besar. “Di Sagara, kami terus menguji kemampuan dengan menyelesaikan berbagai masalah teknologi untuk sejumlah klien papan atas. Contohnya seperti Qatar National Bank dan Boston Consulting Group,” ujarnya.
Dia juga menegaskan akan pentingnya membangun mindset yang tepat agar terus bisa berkarya. “Ya namanya dari daerah, kita di awal kurang yakin sebenarnya apakah bisa bersaing dengan talenta di level internasional. Perlahan, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa ternyata hal itu mungkin untuk dilakukan,” Eka mengaku.
Alhasil, selain berhasil mendapatkan kepercayaan klien internasional, Sagara juga kerap diundang ke acara-acara skala internasional. Sebut saja, konferensi teknologi seperti CEBIT dan StartCon di Australia. “Saat saya lihat hasil kerja kami dengan talenta lainnya di acara internasional seperti itu, saya semakin yakin bahwa sebenarnya talenta daerah seperti tim yang ada di Sagara pun tidak kalah hebat dengan talenta internasional lainnya,” ungkap Eka.
Saat ini, tim Sagara telah menangani berbagai klien besar, mulai dari kementrian RI, startup, hingga korporat ternama. Beberapa di antaranya adalah Ruangguru, Blue Bird, Qlue, Kementerian Pendidikan, Cartenz Group, dan Telkomsel. “Secara total, Sagara telah mengembangkan dan meluncurkan lebih dari 100 aplikasi website dan lebih dari 50 aplikasi mobile,” tutup Adi.