Menurut data Kementerian Pariwisata RI, sekitar 30% wisatawan menghabiskan uangnya untuk konsumsi kuliner. Sedangkan wisatawan lokal bisa menghabiskan lebih dari 30% untuk mencicipi kuliner. Tak heran jika atraksi wisata kuliner menjadi salah satu daya tarik terbesar bagi suatu destinasi wisata.
“Pameran kuliner menjadi salah satu jenis industri kreatif yang bukan hanya bersinggungan dengan wisata, tapi juga mampu menunjang target kunjungan wisatawan. Sebab wisata kuliner mampu meraih wisatawan leisure yang senang dengan alam sekaligus wisatawan yang traveling dengan keperluan bisnis,” ungkap Rizki Handayani, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata Kemenpar RI dalam konferensi pers Salon International d’almentation (SIAL) Interfood beberapa waktu lalu di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Untuk mendorong angka kedatangan wisatawan, pameran kuliner tahunan terbesar di dunia yang berasal dari Prancis SIAL Interfood kembali digelar di Indonesia pada 21-24 November 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Perhelatan yang digelar untuk yang ke-18 kalinya tersebut menghadirkan ekshibisi makanan, minuman, jasa boga, bakery, dan HORECA (hotel, restaurant, and catering).
Baca Juga
Tahun ini, pameran kuliner SIAL Interfood akan diikuti oleh 1.000 peserta yang berasal dari 34 negara, dan akan diramaikan oleh 610 chef dari dalam dan luar negeri. Peserta yang hadir di event ini akan mewakili berbagai produk makanan dan minuman, mulai dari susu, telur, daging, sayuran, pastry, teh, kopi, cokelat, produk organik, hingga berbagai peralatan yang dapat mendukung kegiatan masak-memasak.
Pameran kuliner SIAL Interfood menargetkan jumlah kunjungan sebanyak 75 ribu orang. “Karena pameran kuliner bukan hanya menampilkan makanan dan minuman saja, tetapi juga proses pembuatannya. Sehingga bisa memberikan wisatawan pengalaman tersendiri ketika mencoba hidangan atau minuman yang ditawarkan,” pungkas Rizki. (*/Marina)