MEDIA RELATIONS: UTAMAKAN CERITA, LUPAKAN TEMAN DI MEDIA

Praktisi PR harus menyeimbangkan antara menyampaikan cerita bernilai berita dan membangun hubungan profesional dengan jurnalis, karena hubungan yang baik dapat mendukung kerja sama jangka panjang, sementara cerita berkualitas memastikan perhatian dan kepercayaan dari media.

.

.

Praktisi Public Relations (PR) sering kali disarankan untuk membangun hubungan yang "bermakna" dengan jurnalis. Namun, pendekatan ini dapat menjadi salah arah jika lebih mengutamakan hubungan personal daripada menghasilkan cerita yang bernilai berita.

Fokus utama dari seorang praktisi PR seharusnya adalah menciptakan dan menyampaikan informasi yang relevan dan memiliki nilai berita kepada jurnalis yang sesuai.

Cerita yang bernilai berita memiliki kekuatan tersendiri. Jurnalis dan editor akan menghormati seorang praktisi PR yang memberikan siaran pers berkualitas tinggi tanpa harus mengenalnya secara pribadi.

Hubungan yang baik dengan jurnalis akan otomatis terbentuk melalui konsistensi dalam menyampaikan cerita yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam dunia PR lebih ditentukan oleh kualitas konten dibandingkan kedekatan personal.

Pendekatan yang terlalu berfokus pada membangun hubungan dapat menyebabkan kesalahan umum, seperti mengirimkan informasi yang tidak relevan kepada jurnalis. Sebagai contoh, beberapa praktisi PR tidak menyaring jenis informasi berdasarkan bidang spesialisasi jurnalis.

Padahal, informasi seperti itu mudah ditemukan melalui pencarian daring sederhana. Menghabiskan waktu untuk membangun hubungan sering kali tidak diperlukan jika cerita yang dikirimkan memang menarik dan relevan.

Jurnalis, pada umumnya, lebih peduli pada cerita daripada hubungan personal, kecuali mungkin dalam bidang tertentu seperti liputan politik. Hal ini menegaskan bahwa PR profesional harus menulis siaran pers yang mengutamakan struktur berita yang jelas. Lima unsur dasar berita (5W+1H: siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana) harus tersampaikan dalam dua paragraf pertama siaran pers.

Sebaliknya, jika siaran pers hanya berisi tulisan berbunga-bunga tanpa substansi, PR profesional cenderung harus terus-menerus "membangun hubungan" dengan jurnalis, seperti memberikan hadiah, untuk mendapatkan perhatian. Strategi ini justru menunjukkan bahwa cerita yang disampaikan tidak cukup bernilai untuk menarik perhatian media secara organik.

Dengan kata lain, hubungan antara PR dan jurnalis seharusnya dibangun di atas dasar kerja profesional, yaitu cerita yang berkualitas. Hubungan seperti ini lebih produktif daripada sekadar mencari dukungan untuk menerbitkan informasi yang tidak relevan atau tidak menarik.

RUJUKAN:

Chabalala, K. (2023). PR practitioners should focus on pitching newsworthy stories instead of being friends with journalists. Disco Digital Media, Inc.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)