KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI DI PR: APAKAH HANYA SEBUAH KONSEP?

Bagaimana sebenarnya cara kerja pemimpin di bidang pubic relations (hubungan public – PR)? Apakah mereka benar-benar menerapkan prinsip kepemimpinan yang melayani dan memperlihatkan kepedulian?

Dalam dunia hubungan publik, integritas dan perhatian merupakan dua nilai yang sangat penting. Namun, pertanyaannya adalah, apakah pemimpin di industri ini benar-benar menerapkan konsep pemimpin melayani dan etika perhatian dalam praktek sehari-harinya?

Kepemimpinan yang melayani pertama kali diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970. Ini adalah pendekatan kepemimpinan yang menekankan pelayanan kepada orang lain, fokus pada pemberdayaan dan pengembangan karyawan, etika dan perhatian, serta pemenuhan tujuan organisasi bersama.

Dalam model ini, pemimpin bukanlah penguasa yang berdiri di atas, tetapi lebih merupakan fasilitator yang berada di tengah-tengah timnya untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang.

Beberapa waktu lalu, Neill & Meng (2023) meneliti tentang karakteristik dan nilai-nilai yang terkait dengan kepemimpinan yang melayani dalam bidang public relations. Ini mengacu pada upaya untuk memahami dan menganalisis kualitas dan prinsip-prinsip moral yang mendasari konsep kepemimpinan yang melayani (servant leadership) khususnya dalam konteks industri PR, termasuk dalam hal pengambilan keputusan pemimpin PR.

Kepemimpinan jenis ini menekankan pentingnya pemimpin yang berfungsi sebagai pelayan bagi tim atau organisasinya, dengan fokus pada kebutuhan dan kesejahteraan orang lain di atas kepentingan pribadi pemimpin itu sendiri. Ini sekaligus memberikan semacam guidance pada etika perhatian dalam hubungan public (PR).

Dari wawancara mendalam dengan 32 pemimpin public relations di Amerika Serikat, Neill & Meng mendapati bahwa banyak dari mereka yang benar-benar menerapkan pendekatan yang berpusat pada kesejahteraan karyawan. Mereka tidak hanya fokus pada pekerjaan, tetapi juga pada kesejahteraan dan kebutuhan karyawan. Mereka juga sangat peduli dengan kesejahteraan karyawan di Hubungan Publik

Para pemimpin PR ini tidak hanya berbicara, tetapi juga menunjukkan melalui tindakan konkret bagaimana perspektif ini mempengaruhi pengambilan keputusan mereka, bahkan siap membantu karyawan yang merasa tidak cocok untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Mereka aktif mendengarkan, memahami kebutuhan karyawan, dan bahkan kadang-kadang membantu karyawan yang merasa tidak cocok dan meninggalkan organisasi. Ini adalah komitmen terhadap nilai kemanusiaan dan prinsip moral dalam PR.

Hal ini menunjukkan betapa tingginya komitmen mereka untuk memastikan kesejahteraan karyawan. Ini juga bukanlah keputusan yang mudah, namun menunjukkan betapa besarnya komitmen mereka terhadap kesejahteraan karyawan.

Dari temuan ini, ada beberapa implikasi penting baik dari sisi teori maupun praktek. Pertama, kepemimpinan dalam PR tidak hanya berkutat pada pencitraan. Ada nilai-nilai mendalam yang dianut oleh pemimpin di industri ini, yang menekankan pentingnya mengutamakan kepentingan orang lain. Kedua, pendekatan berorientasi pada orang lain ini dapat menjadi model bagi industri lain dalam membangun hubungan yang lebih sehat dan produktif dengan karyawan.

Secara keseluruhan, studi ini menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam industri hubungan publik. Meskipun tantangan yang dihadapi mungkin berbeda-beda, tetapi prinsip dasar menghargai dan merawat kesejahteraan orang lain tetap menjadi hal yang paling utama.

REFERENSI:

Greenleaf, R. K. (2012). The Servant as Leader. The Greenleaf Center for Servant Leadership

Neill, M. S., & Meng, J. (2023). Examining the characteristics and virtues associated with servant leadership in public relations. Public Relations Inquiry12(2), 183-209.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)