Ketika Social Media Mengubah Praktik Media Relations

Melalui social media, menurut Aldin, seorang PR juga bisa menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan perusahaan melalui akun pribadi seorang PR atau akun resmi perusahaan. Namun, Aldin mengingatkan, social media adalah media bebas. Dengan demikian, hal-hal yang sifatnya rahasia tidak boleh di-share seorang PR di social media. “Selain itu, kami juga harus siap untuk ‘di-bully’ jika konten yang kami posting memicu untuk di-bully,” ungkap Aldin.

Manfaat lainnya, sistem aplikasi chatting juga memudahkan Aldin dalam mengirimkan bahan pendukung untuk penulisan suatu berita—berupa video, gambar, serta file—secara mobile, tanpa pelaku PR repot membuka PC/Laptop. Bahkan, fitur group pada aplikasi chatting juga memudahkan PR berinteraksi dengan journalist untuk menyampaikan undangan kegiatan press conference atau informasi lain yang sifatnya konsumsi massal.

Masih menurut Aldin, aplikasi pertemanan juga bisa mengubah pola perkenalan antara PR dan journalis,t yang dahulunya harus face to face, sekarang bisa berkenalan secara online. Contohnya, aplikasi Linkedin yang menyatukan para professional pekerja media dengan pekerja PR.

“Pendek kata, dengan social media, perubahannya cukup besar terjadi dan kecenderungannya perubahan positif,” yakin Aldin. Oleh karena itu, Telkomsel sangat open minded terhadap perubahan yang terjadi, mengingat Telkomsel adalah leading operator Telekomunikasi yang mensosialisasikan sekaligus menjual fitur-fitur digital seperit itu.

Sepakat dengan Aldin, diakui Arninta, perubahan yang terjadi memang ada positif dan negatifnya. Perubahan negatif, menurut Arninta, lebih pada tantangan bahwa sosial media menjadikan dunia PR semakin dinamis. Artinya, kalau dulu hubungan corporate dan media hanya satu arah, maka sekarang bisa menjadi interaktif. Media sosial bisa menjadi word of mouth dan informasi pun bisa menjadi lebih transparan.

Dampak social media bagi Arninta dinilai seimbang, baik untuk hubungan profesional maupun personal. “Saya punya akun personal sosial media seperti Twitter, Blog, dan Instagram. Semuanya berfungsi juga untuk fungsi PR. Khususnya untuk blog pribadi saya, ada dampak pekerjaan dan hubungan pertemanan dengan teman jurnalis. Di blog, saya sering menulis tentang kegiatan Nutrifood. Teman jurnalis sering menanyakan apakah boleh kegiatan kantor yang saya tulis tersebut bisa menjadi bahan tulisan berita. Jadi, blog pribadi pun bisa menjadi rilis kegiatan. Sedangkan untuk personal, saya bisa menjadi lebih dekat dengan teman-teman jurnalis. Selain menulis tentang kegiatan kantor, saya juga sering menulis tentang dunia ibu. Bagi teman-teman jurnalis yang seumuran, ini menjadi insight baru bagi kehidupan pribadi mereka,” papar Arninta. ***

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)