Mereka bahkan melakukan pemotretan video di Afrika Selatan dan menyelenggarakan konser peluncuran yang disiarkan langsung dari Madrid dengan Anton Corbijn, sutradara terkenal, sebagai pengarah.
Performa lagu-lagu baru mereka muncul di YouTube dan platform lainnya, diiringi dengan kampanye viral untuk membangkitkan minat dan partisipasi penggemar. Semua upaya ini terbayar saat "Mylo Xyloto" mencapai posisi nomor satu di tangga album di 17 negara dan tiket konser terjual habis dalam hitungan menit.
Coldplay juga memperkenalkan inovasi pada tur mereka dengan membagikan gelang Xyloband pada setiap penonton konser. Gelang ini berubah warna sesuai dengan lagu yang dimainkan, sebuah terobosan teknologi yang belum pernah ada sebelumnya di konser manapun.
Saat merilis album keenam, "Ghost Stories", Coldplay mengambil langkah berbeda dengan hanya menyelenggarakan enam konser di tempat yang lebih intim dan melibatkan penggemar dalam perburuan harta karun untuk menemukan lirik lagu yang tersembunyi di buku-buku cerita hantu di seluruh dunia.
Kemudian, untuk "A Head Full of Dreams", yang mungkin menjadi album terakhir mereka, yang dirilis pada Desember 2015, Coldplay kembali menggelar tur dunia yang dimulai pada 2016.
Kesuksesan jangka panjang Coldplay, yang jarang terjadi di industri musik, adalah bukti dari strategi produk dan pemasaran yang matang dan terencana dengan baik. Coldplay membuktikan bahwa melalui inovasi berkelanjutan dan strategi pemasaran yang cermat, sebuah band dapat terus relevan dan menikmati kesuksesan global dalam waktu yang lama.
