SENI PERMINTAAN MAAF DALAM PRAKTIK MEDIS: SEBUAH ANALISIS KRITIS

Keterikatan emosional yang dibangun selama pendidikan medis, tekanan ekonomi, dan nasihat dari asuransi malpraktik yang menganggap permintaan maaf sebagai pengakuan kesalahan, semuanya berkontribusi terhadap keraguan dalam mengucapkan maaf. Namun, penelitian menunjukkan bahwa komunikasi efektif antara dokter dan pasien dapat menurunkan kemungkinan gugatan hukum secara signifikan.

Dokter dengan keterampilan komunikasi yang baik, yang mampu mengungkapkan empati dan membuka dialog jujur dengan pasien mereka, cenderung menghabiskan waktu lebih lama dengan pasien dan memiliki risiko lebih rendah terhadap gugatan.

Neil Baum dan Alvin Merlin dalam publikasi mereka di "American Association for Physician Leadership®" menekankan pentingnya permintaan maaf yang otentik, yang berasal dari penyesalan atau rasa bersalah yang sebenarnya. Mereka menyarankan bahwa permintaan maaf harus dilakukan secara langsung, tanpa hambatan, dan dengan perhatian penuh. Ini mencerminkan rasa hormat terhadap pasien, penerimaan tanggung jawab atas situasi, dan demonstrasi empati terhadap perasaan pasien. Langkah ini tidak hanya membantu meredakan kemarahan pasien tetapi juga membuka jalan menuju pemulihan hubungan dokter-pasien yang positif.

Menariknya, ketika rincian kesalahan medis diungkapkan dengan cepat dan permintaan maaf ditawarkan, risiko gugatan hukum dapat berkurang hingga 50%. Situasi ini menegaskan teori bahwa komunikasi yang terbuka dan tulus memiliki kekuatan untuk memperbaiki kesalahpahaman dan memperkuat ikatan antara dokter dan pasien.

Meski demikian, masih terdapat kekhawatiran di kalangan dokter tentang bagaimana cara meminta maaf tanpa mengakui kesalahan atau kekeliruan. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah pendekatan yang seimbang, di mana dokter dapat menunjukkan empati dan bertanggung jawab tanpa secara eksplisit mengakui kesalahan yang mungkin tidak mereka lakukan.

Kasus yang dijelaskan oleh Baum dan Merlin tentang pasien Hispanik yang mengalami komplikasi karena stent ureteral yang tertinggal, menunjukkan bagaimana komunikasi efektif dan permintaan maaf yang tulus dapat meredakan situasi yang tegang dan mempertahankan hubungan dokter-pasien yang sehat. Dalam situasi ini, dokter mengambil tanggung jawab penuh, menjelaskan situasi dengan jelas, dan menawarkan solusi tanpa menyalahkan siapa pun.

Konklusi dari analisis ini adalah bahwa permintaan maaf dalam praktik medis bukan hanya soal etika, tetapi juga merupakan alat komunikasi yang efektif untuk memelihara hubungan dokter-pasien yang kuat dan mencegah litigasi.

Adalah penting bagi institusi medis untuk mendorong budaya yang mendukung keterbukaan dan komunikasi jujur, serta menyediakan pelatihan komunikasi yang efektif bagi para dokternya. Dengan demikian, permintaan maaf dapat menjadi bagian integral dari praktik medis yang bertanggung jawab dan berorientasi pada pasien.

Baum, N., M.D., & Merlin, Alvin, MD,M.B.A., C.P.E. (2022). The Art of the Apology. Physician Leadership Journal, 9(5), 58-59. https://www.proquest.com/scholarly-journals/art-apology/docview/2714749132/se-2

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)