BANGKIT ATAU TERTINGGAL? UMKM DI TENGAH KEKAYAAN SUMBER DAYA ALAM

Saat berbicara di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, pada Jumat (19/5/2023), Menteri Koperasi dan UKM, menyentil UMKM di Indonesia. Dari sisi inovasi, UMKM tampaknya kurang dan terlalu terkonsentrasi pada produksi makanan dan kerajinan sederhana.

Padahal menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup besar. "Kalau nggak keripik, seblak, wajik. Paling tinggi batik atau akik, dan kerajinan. Di situ saja," ujarnya.

Diakui atau tidak, kekayaan sumber daya alam Indonesia yang belum dimanfaatkan oleh UMKM menciptakan kesenjangan besar antara potensi dan realitas. Berapa lama lagi UMKM kita akan berlarut dalam rutinitas ini? Bukankah saatnya bagi mereka untuk merambah ke berbagai sektor lain dan memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah yang kita miliki?

Dalam konteks Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), banyak sekali potensi yang belum dioptimalkan sepenuhnya. Saat ini, sebagian besar UMKM di Indonesia bergerak di bidang kuliner dan kerajinan. Padahal, dengan sumber daya alam yang berlimpah, sektor lain seperti perkebunan dan kelautan dapat menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.

Misalnya, sektor kelautan bukan hanya soal ikan, tetapi juga rumput laut yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan permintaan pasar global yang besar. Begitu pula dengan sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit, yang dapat menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan berbagai produk berbasis CPO.

Pembiayaan dari perbankan bagi UMKM masih rendah, hanya mencapai sekitar 20 persen. Sedangkan di beberapa negara lain, pembiayaan tersebut bisa mencapai 60 hingga 80 persen. Dengan adanya peningkatan pembiayaan, diharapkan UMKM di Indonesia dapat menciptakan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Namun, menjadi tantangan tersendiri untuk mengarahkan UMKM ke sektor-sektor industri yang lebih luas. Program-program pendampingan dan pembinaan sangat diperlukan untuk mengantarkan UMKM naik kelas.

Selain itu, penting juga untuk memahami bahwa tidak semua UMKM mampu atau ingin 'naik kelas'. Beberapa mungkin cukup nyaman di posisi mereka saat ini, atau mungkin merasa terlalu sulit untuk menavigasi tantangan yang datang dengan upaya untuk mengembangkan dan memperbesar bisnis mereka.

Beberapa tantangan ini dapat termasuk kekurangan pengetahuan atau pemahaman tentang bagaimana mengelola bisnis yang lebih besar, kesulitan mendapatkan akses ke modal, atau bahkan kurangnya infrastruktur yang mendukung.

Oleh karena itu, penting untuk mengakui bahwa walaupun ada potensi yang besar, ada juga hambatan yang signifikan. Mendukung UMKM untuk 'naik kelas' adalah proses yang memerlukan pemikiran dan strategi yang hati-hati, serta komitmen jangka panjang untuk pembinaan dan pendampingan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)