Persoalan utama pada daerah tertinggal yang paling kompleks dan terlihat jelas adalah status perekonomian dan status pendidikan yang turut mempengaruhi sumber daya manusia di daerah tersebut. Kondisi pendidikan di beberapa daerah tertinggal, khususnya yang terletak di perbatasan Indonesia, memerlukan perhatian khusus. Lantaran, mutu pelayanan pendidikan yang rendah, tingginya angka putus sekolah, sarana prasarana yang belum memadai, dan minimnya pengajar masih mewarnai perjalanan pendidikan daerah-daerah tersebut.
Diungkapkan Samsul Widodo, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, upaya percepatan pembangunan Daerah Tertinggal harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak biasa, salah satunya dengan mendekatkan teknologi ke daerah-daerah tertinggal.
“Persoalan pendidikan di Daerah Tertinggal tidak hanya terkait aksesibilitas dan minimnya sarana prasarana, namun juga rendahnya ketersediaan tenaga pendidik. Selama ini, sebaran tenaga pendidik di Daerah Tertinggal lebih banyak ada di ibu kota kabupaten. Belum lagi masalah kualitas belajar mengajar yang juga perlu diperbaiki," paparnya.
Untuk menjawab persoalan tersebut, Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal bekerja sama dengan Zenius Education untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Daerah Tertinggal. "Melalui inovasi dan teknologi, Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal mencoba menjangkau hal-hal yang sebelumnya sulit bahkan belum pernah dijangkau untuk mengembangkan literasi dan praktik digital di Daerah Tertinggal," ia menambahkan.
Dengan kemitraan itu, Zenius Education akan mendukung pengembangan SDM di Daerah Tertinggal melalui platform Zenius Prestasi. Zenius Prestasi merupakan solusi pembelajaran yang tepat, karena dengan teknologi O2O (Online to Offline), hasil belajar dalam kondisi tanpa internet tetap bisa disinkronisasi ketika mendapatkan koneksi internet.
“Sebagai bentuk komitmen Zenius Education dalam mencetak individu-individu pembelajar yang rasional, berpikir saintifik, dan berakal, kami mengembangkan platform digitalisasi sekolah Zenius Prestasi untuk meningkatkan efisiensi dan mempermudah kinerja guru. Zenius Prestasi menyediakan konten belajar yang melengkapi pelajaran yang diberikan di sekolah, membantu menyederhanakan proses ujian, dan mengurangi beban tugas-tugas administratif guru, sehingga para guru dapat fokus untuk melatih dan mengedukasi siswa,” ungkap Wisnu Subekti, President Zenius Education.
Proyek rintisan kerja sama antara Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal dengan Zenius Education dilakukan di Kabupaten Sambas, salah satu daerah tertinggal yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas merupakan daerah tertinggal yang berada di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, kawasan transmigrasi, rawan bencana tinggi, dan masuk dalam kriteria daerah 3T, yaitu Terluar, Terpencil, dan Tertinggal.
Terdapat 15 sekolah di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat yang menjadi tujuan implementasi kerja sama antara Ditjen PDT dan Zenius Education. Sekolah-sekolah itu akan mendapatkan workshop dan pelatihan mengenai HOTS, literasi digital, dan cara menggunakan Zenius Prestasi.
Dari 15 sekolah yang menjadi target, Zenius memilih 10 sekolah yang akan menerima server untuk dapat mengakses Zenius Prestasi, sehingga meskipun tanpa akses internet, para siswa dapat tetap mengakses ribuan materi pelajaran dan soal. "Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menggunakan Zenius Prestasi tidak perlu harus bergantung pada kuantitas guru, dan diharapkan nantinya satu guru dapat mendampingi hingga 3 kelas sekaligus," tutup Wisnu.
(Reporter: Verdiansyah Hermanto)