Jelang Pembelajaran Tatap Muka, SNV Lancarkan Program “School of Five”

Kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang dimulai pada Juli 2021, telah mendorong Netherland Development Organisation (SNV) aktif melakukan program School of Five. Program ini dilakukan dalam upaya menyadarkan peserta didik di tingkat SD dan Madrasah, agar mereka patuh pada kebersihan maupun penerapan 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak). Program ini digunakan untuk kampanye kebersihan tanggap Covid-19 di sekolah dan telah diakui keberhasilannya di sejumlah negara.

"Sepanjang Desember 2020-Maret 2021, SNV bersama dengan pemerintah daerah di 10 daerah HBCC telah melaksanakan kegiatan School of Five. Kegiatan dilakukan seperti pelatihan guru, pelatihan dokter kecil, dan penyampaian sesi-sesi kepada peserta didik baik secara virtual maupun tatap muka," ungkap Yuyu Mukaromah, Pembimbing WASH d Sekolah, SNV Indonesia, dalam webinar Sekolah/Madrasah Tanggap Covid-19 melalui Pendekatan School Of Five, awal Mei ini (7/5).

Dia meyakini, pendekatan penyadaran melalui anak-anak sekolah dapat membentuk kebiasaan mereka seumur hidup. Dengan pengetahuan sejak dini, maka akan meningkatkan pengetahuan, motovasi, dan kepercayaan diri untuk mempraktikkan perilaku cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, dan menggunakan masker.

Ditambahkan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro, pentingnya penerapan protokol 3M pada masa PTM terbatas. Sebab, kata dia, syarat pembelajaran tatap muka salah satunya dapat dilakukan apabila mengikuti protokol kesehatan ketat. “Penerapan protokol kesehatan menjadi sangat penting, lantaran penularan Covid-19 dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung,” katanya.

Dia mengingatkan, tempat masuknya virus itu cuma ada tiga, yakni mata, hidung, dan mulut. “Virus masuk lewat baju dan enggak bisa, jadi apa yang kita lakukan itu cuma mencegah terjadinya penularan dengan kontak langsung atau tidak langsung ini," ucap Reisa.

Dibukanya PTM terbatas, lanjutnya, membutuhkan komitmen bersama. Tidak hanya guru dan murid, tapi juga orang tua. Untuk itu, orang tua harus menjadi pengawas dan turun tangan secara langsung, agar dapat memastikan pihak sekolah siap melaksanakan PTM terbatas.

"Sekolah juga harus terbuka, termasuk semua komunikasi itu harus dilakukan. Karena di sekolah terdapat tempat yang rentan berpotensi kerumunan, seperti anak bermain, maka harus benar-benar dijaga, termasuk tidak bisa makan-makan di sekolahan, kalaupun makan di sekolah bawa bekal sendiri," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Sekolah Dasar Direktorat Jenderal PAUD Dikdas dan Dikmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sri Wahyuningsih menerangkan, kebijakan pembelajaran tatap muka hanya dapat dilakukan apabila satuan pendidikan telah memenuhi daftar periksa.

Daftar periksa itu seperti adanya sarana sanitasi dan kebersihan. Antara lain toilet dan layak, sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand sanitizer, serta disinfektan. Kemudian, mampu mengakses pelayananan kesehatan, minimal puskesmas. Lalu, menerapkan wajib masker, memiliki thermogun, mempunyai pemetaan warga di satuan pendidikan, serta mendapat persetujuan komite sekolah atau perwakilan orang tua/wali.

“Sampai saat ini, dari jumlah total SD di Indonesia sebanyak 149.295, masih ada 47.963 atau 32,13% belum mengisi daftar periksa,” ucap Sri.

Dia berharap, dinas pendidikan kabupaten/kota dapat bekerja sama dengan dinas terkait lainnya, guna melakukan upaya maksimal dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan sosialisasi kepada seluruh satuan pendidikan. Hal itu agar persiapan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Sementara itu, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Umar menyatakan siap dan optimistis bahwa PTM dapat dilakukan kembali.

“Madrasah juga harus mengikuti keputusan pemerintah daerah setempat, terkait bisa atau tidaknya membuka sekolah di masa pandemi. Kebijakan kami adalah lakukan persiapan yang matang, jangan sembrono, jangan ceroboh. Ingat, menjaga datangnya penyakit lebih penting daripada mengobati orang sakit," pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)