Qatar adalah contoh paling baru dan mencolok dari sportswashing. Negara ini menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, sebuah keputusan yang sejak awal memicu kritik internasional (Gerschewski et al., 2024). Meskipun pemerintah Qatar mengklaim turnamen ini sebagai simbol kebangkitan Arab di panggung global, kritik terhadap negara ini mencuat, terutama terkait:
Eksploitasi Pekerja Migran. Stadion-stadion megah di Qatar dibangun oleh jutaan pekerja migran, banyak di antaranya menghadapi kondisi kerja buruk, jam kerja panjang, dan upah yang minim. Sistem Kafala, yang mengontrol status pekerja migran, dinilai sangat represif (Amnesty International, 2016). Amnesty International dan Human Rights Watch melaporkan pelanggaran besar terhadap hak pekerja selama persiapan turnamen ini (Scharpf et al., 2023; Gerschewski et al., 2024).
Reformasi Kosmetik. Qatar mengklaim telah melakukan reformasi hukum terkait tenaga kerja untuk meredam kritik internasional. Namun, sebagian besar perubahan ini dinilai kosmetik dan tidak berdampak signifikan pada kehidupan pekerja (Gerschewski et al., 2024).
Isu Hak Asasi Manusia Lainnya. Qatar juga menghadapi kritik terkait perlakuan terhadap komunitas LGBTQ+ dan posisi perempuan dalam masyarakat (D’Urso, 2024). Ini menjadi isu sensitif yang terus diangkat oleh media dan aktivis selama persiapan turnamen (Gerschewski et al., 2024).
Bagaimana Sportswashing Bekerja?
Sportswashing beroperasi pada level citra dan persepsi. Negara menggunakan acara olahraga besar untuk menciptakan narasi positif tentang dirinya. Qatar, misalnya, memanfaatkan turnamen ini untuk menampilkan diri sebagai negara modern dan progresif dengan infrastruktur kelas dunia (Gerschewski et al., 2024). Strategi ini melibatkan:
Kerjasama dengan Media Internasional. Qatar menginvestasikan dana besar dalam kampanye media global untuk menyoroti keberhasilan penyelenggaraan turnamen dan mengaburkan kritik (Gerschewski et al., 2024).
Sponsor dan Endorsement. Negara-negara sering kali membangun kemitraan dengan atlet terkenal atau klub olahraga besar untuk meningkatkan legitimasi mereka. Contohnya adalah keterlibatan Qatar dalam klub sepak bola Paris Saint-Germain (PSG), yang dibiayai oleh dana kekayaan negara (D’Urso, 2024).
Pengalihan Fokus Publik. Dengan menampilkan stadion megah, teknologi ramah lingkungan, dan cerita inspiratif dari pemain, sportswashing bertujuan mengalihkan perhatian publik dari isu-isu sensitif (Scharpf et al., 2023).
Efektivitas Sportswashing
Apakah sportswashing berhasil? Jawabannya tidak selalu. Penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan sportswashing bergantung pada beberapa faktor utama:
Liputan Media. Jika media internasional hanya memusatkan perhatian...