Pentingnya Mewujudkan Transportasi Ramah Lingkungan

Jakarta, sebagai pusat Ibu Kota, diharapkan dapat mengawali perubahan lingkungan yang lebih baik. Mengingat, pusat kota selalu identik dengan pusat hiruk pikuk serta banyaknya kemacetan dan transportasi yang amat padat.

Harapan ini selaras dengan keputusan Indonesia yang telah menyetujui komitmen Paris Agreement dalam Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Bangsa-bangsa, di mana langkah awal adalah dengan mereduksi emisi karbon dioksida yang berlaku pada 2020.

Diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Jakarta dapat mengaplikasikan konsep sustainability city. Itu artinya, pembangunan kota seharusnya tidak hanya memperhatikan ekonomi saja, namun juga kualitas hidup manusia di dalamnya.

“Kami menyadari bahwa transportasi itu merupakan denyut nadi dalam kehidupan perkotaan. Namun, kita harus memastikan bahwa transportasi itu ramah lingkungan dan bebas polusi,” paparnya dalam Webinar ‘Green Transportation Roadmap’ yang digelar Katadata Forum pada hari ini (9/3).

Komitmen untuk menciptakan transportasi ramah lingkungan, menurutnya, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan emisi Euro, yang tujuannya untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor.

Ditambahkan Direktur Konservasi Energi Luh Nyoman Puspa Dewi, Sumber Daya Manusia saat ini fokus terhadap motor listrik. “Badan Penelitian dan Pengembangan melakukan penelitian memodifikasi motor dengan bahan bakar listrik dan baterai. “Harapannya motor-motor yang dimodifikasi dengan bahan bakar listrik jadi lebih murah. Memang peraturan harus dipenuhi pada masyarakat dan tentunya juga industri,” ujarnya.

Komitmen global Presiden Jokowi dalam menjaga kualitas udara dan lingkungan sesuai Paris Agreement, diakui Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana, akan menuju angka 23% untuk energi terbarukan dari total campuran energi primer nasional pada 2025.

Selain itu, upaya pemerintah lainnya adalah dengan menggadangkan waste-to-energy atau limbah ke energi, yang merupakan proses menghasilkan energi ke dalam bentuk listrik atau panas. Termasuk, pengolahan limbah yang menjadi sumber bahan bakar.

“Jadi, dua-duanya harus dijaga, sesuai dengan komitmen global Presiden. Kita memastikan bahwa program dan kebijakan harus match dengan apa yang ditargetkan. Pengurangan Rumah Kaca juga dapat tercapai,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)