KRISIS LINGKUNGAN, KEMISKINAN, DAN KEBERLANJUTAN GLOBAL

Indonesia dan negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam menghadapi tantangan lingkungan serius, mulai dari pencemaran air hingga kemiskinan. Studi terbaru mengungkapkan kesenjangan antara nilai dan tindakan konsumen terhadap keberlanjutan dan pentingnya langkah strategis perusahaan.

.

.

Indonesia tengah menghadapi problematika lingkungan yang kompleks, di mana pencemaran air dan kemiskinan menjadi dua isu yang saling terkait.

Menurut studi yang dilakukan oleh Kantar dalam "Global Foundational Study 2022", hampir 27,54 juta orang Indonesia hidup dalam kemiskinan pada Maret 2021, suatu kondisi yang diperburuk oleh pandemi COVID-19 yang telah menambah beban pada komunitas rentan​.

Ummu Hani, Associate Director Kantar Insights Division memaparkan itu pada seminar dan awarding Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024 yang diselenggarakan oleh SWA-MIX Marcomm di Auditorium & Performance Hall Prof Dr. Jayusman LSPR Campus B Jakarta, Rabu 18 Desember 2024.

Menurut Hani, kekhawatiran ini tidak hanya terbatas pada Indonesia, tetapi juga mencakup negara-negara lain seperti Singapura dan Vietnam, yang juga memiliki tantangan lingkungan yang signifikan.

Singapura, misalnya, menghadapi keterbatasan sumber daya alam dan sangat bergantung pada impor air, sementara garis pantainya terus-menerus terkontaminasi oleh sampah yang terbawa arus laut​.

Di Vietnam, pencemaran air dan udara telah mencapai titik kritis, dengan WHO melaporkan sekitar 34.000 kematian setiap tahun akibat polusi udara​.

Di tengah kesadaran yang meningkat tentang isu-isu ini, terdapat perbedaan signifikan dalam tindakan yang diambil oleh konsumen di berbagai negara terkait keberlanjutan. Di Indonesia, banyak yang memilih untuk mendaur ulang dan mengurangi pemborosan, sedangkan di Singapura, upaya lebih difokuskan pada penggunaan kembali dan pengurangan sampah​.

Vietnam juga menunjukkan upaya serupa, dengan fokus pada pengurangan pemborosan energi dan makanan serta penggunaan kemasan berkelanjutan​.

Menariknya, walaupun banyak yang mengaku siap berinvestasi waktu dan uang untuk mendukung perusahaan yang berkelanjutan, masih terdapat kesenjangan nilai-tindakan yang signifikan, di mana konsumen sering kali merasa bahwa memilih opsi berkelanjutan bukanlah pilihan yang mudah atau bebas hambatan. Di banyak kasus, penghalang terbesar adalah harga dan kesadaran informasi tentang solusi berkelanjutan​.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)