KRISIS LINGKUNGAN, KEMISKINAN, DAN KEBERLANJUTAN GLOBAL

Studi ini juga mengidentifikasi berbagai persona konsumen berdasarkan sikap mereka terhadap keberlanjutan. Misalnya, "Aktif" adalah mereka yang sangat percaya bahwa tindakan individu mereka dapat membuat perbedaan nyata dan lebih cenderung untuk mendukung perusahaan yang proaktif dalam mengurangi dampak lingkungan.

Di sisi lain, "Skeptis" cenderung tidak terlalu peduli dengan isu-isu keberlanjutan dan kurang bersedia untuk menginvestasikan waktu, uang, atau usaha dalam mendukung perusahaan yang berusaha melakukan kebaikan​.

Mengingat permasalahan dan tantangan yang ada, penting bagi perusahaan dan pemerintah untuk mempertimbangkan faktor harga dan pengetahuan saat merancang inisiatif keberlanjutan. Kampanye-kampanye yang mengedukasi dan memberikan insentif bagi konsumen untuk membuat pilihan yang lebih hijau bisa menjadi kunci dalam mendorong perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan.

Oleh karena itu, ke depannya, mengintegrasikan pendekatan yang lebih inklusif dan informatif dalam kebijakan dan praktik bisnis tidak hanya akan membantu dalam mengatasi kesenjangan nilai-tindakan, tetapi juga dapat memperkuat komitmen kolektif terhadap keberlanjutan, yang pada gilirannya akan membantu dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan inklusif bagi semua.

Dalam konteks marketing communications, tantangan keberlanjutan dan kesenjangan nilai-tindakan memberikan peluang bagi brand untuk memposisikan diri secara strategis. Komunikasi yang efektif harus dimulai dengan edukasi konsumen.

Banyak individu yang masih memiliki pemahaman terbatas tentang keberlanjutan atau bagaimana tindakan mereka dapat berdampak positif. Oleh karena itu, brand perlu menyampaikan pesan dengan narasi yang informatif dan menarik, menggunakan media seperti storytelling visual, infografis, atau video pendek.

Selain edukasi, penting juga untuk mengatasi hambatan utama, yaitu harga. Konsumen cenderung ragu untuk memilih produk berkelanjutan karena persepsi harga yang lebih tinggi. Brand dapat mengatasi ini dengan menawarkan insentif seperti diskon, reward, atau program loyalitas yang memberikan manfaat langsung.

Komunikasi harus menonjolkan keberlanjutan sebagai keunggulan unik, misalnya dengan menampilkan sertifikasi lingkungan atau kisah nyata dampak positif yang dihasilkan.

Persona konsumen yang berbeda, seperti “Aktif” dan “Skeptis”, juga memerlukan pendekatan komunikasi yang berbeda. Untuk segmen aktif, narasi optimis dan kolaboratif dapat digunakan, sementara bagi skeptis, brand harus menyoroti manfaat praktis dan bukti konkret.

Dengan memadukan empati, edukasi, dan dorongan aksi yang jelas, brand dapat membangun loyalitas konsumen sekaligus mendorong perubahan perilaku menuju keberlanjutan.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)