Di Amerika Serikat, saat ini terhitung lebih dari 327 juta mobile device yang terkoneksi setiap harinya. Berdasarkan pengamatan Pew Research Center’s Internet Project, yang mencengangkan adalah, 91 persen penduduk Amerika memiliki mobile phone, dan sekitar 2-3 diantaranya menggunakan ponsel atau mobile device mereka untuk mengakses internet.
"Brand juga harus mampu menawarkan kerja sama marketing yang berpotensi menjadi arus pendapatan baru." (Ken Willner, CEO of Zumobi, a mobile media and technology company)
Setiap harinya, user menghabiskan waktu rata-rata 127 menit untuk mengakses aplikasi mobile, merespon e-mail, browsing Facebook, dan pencarian lokasi terdekat. Orang-orang seperti itulah yang merepresentasikan tingginya potensi touch point harian antara brand dengan konsumen. Untuk itu, brand dengan agensi-nya harus memahami potensi tren tersebut dan memanfaatkan aset kepemilikan mobile media yang telah mereka miliki.
Perusahaan yang bergerak di industri seperti jasa keuangan, travel, dan ritel sebenarnya sangat mampu memanfaatkan channel komunikasi perusahaan mereka, seperti lewat website, blog, dan social media. Namun, masih banyak juga perusahaan yang sepenuhnya mengabaikan cara berkomunikasi dengan target konsumen mereka lewat mobile apps.
Ketika mobile apps muncul untuk pertama kali, sejumlah perusahaan besar berupaya memperoleh pasar secepatnya, dan banyak juga yang berakhir lewat offering apps dengan ruang lingkup dan fungsi terbatas. Hari ini, ada fokus yang lebih dalam pada pengembangan aplikasi perusahaan yang bisa memberikan contact point berkelanjutan dan interaktif, sehingga konsumen akan menganggap aplikasi tersebut sebagai sumber utama mereka untuk memperoleh informasi baru dan berguna, serta data dan konten yang bersifat personal. Hal ini juga akan memudahkan brand agar lebih memahami kebutuhan dan kebiasaan digital konsumen.
Agar efektif dalam dunia digital saat ini, para marketer harus menciptakan momen atau kesempatan untuk memprovokasi sebuah percakapan yang bermanfaat dan relevan dengan pelanggan mereka. Beberapa tahun belakangan ini, pendekatan yang paling umum telah dilakukan melalui email campaign atau newsletter kepada konsumen, brand website, blog, dan jangkauan social media. Beberapa pendekatan tersebut ternyata tidak hanya berhasil menangkap perhatian konsumen, tetapi juga mendorong mereka untuk mengambil tindakan tambahan untuk memperoleh brand value dan manfaatnya.
Sebaliknya, sejumlah perusahaan yang sudah mengembangkan mobile apps untuk brand mereka, sudah memiliki audiens loyal, yaitu mereka yang langsung mengunduh dan menginstal aplikasi tersebut sejak pertama kali diluncurkan. Namun, untuk menangkap dan menahan perhatian konsumen selama beberapa sesi bisa menjadi suatu tantangan.
Bagi savvy marketer, kesuksesan channel digital berdasarkan pada positioning aplikasi-nya, sehingga aplikasi itu disebut sebagai "direct consumer connection". Kepemilikan channel media baru ini juga dapat berfungsi untuk memberikan pengalaman terbaik lewat konten interaktif, penawaran promosi, dan menyampaikan pesan brand yang relevan ke konsumen.
2014 harus menjadi tahunnya brand sebagai publisher. Saat brand mengembangkan atau menciptakan sebuah website, tujuannya adalah untuk memfasilitasi banyak peluang dan potensi yang bisa ditemukan visitor dalam setiap kunjungannya. Sama halnya ketika membuat mobile apps. Perusahaan harus investasi dalam content management platforms dan Web services yang memungkinkan berbagai macambrand experiences menarik terjadi. Brand juga harus mampu menawarkan kerja sama marketing yang berpotensi menjadi arus pendapatan baru. (Adweek)