Frost & Sullivan memprediksi belanja kesehatan di Asia Pasifik akan meningkat dua kali lipat dalam enam tahun ke depan, dimana China, Jepang, dan India sebagai penyumbang terbesar. Frost & Sullivan juga memprediksi belanja kesehatan di Indonesia dapat mencapai USD 60,6 miliar di tahun 2018, atau tumbuh 14.9% CAGR selama periode 2012-2018.
Hannah Nawi, Associate Director Healthcare Practice Asia Pacific Frost & Sullivan, mengatakan, belanja kesehatan akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik. “Selain itu, meningkatnya harapan hidup di Asia Pasifik juga akan berdampak pada naiknya permintaan terhadap perawatan kesehatan jangka panjang untuk para manula. Hal ini akan berujung pada terjadinya reformasi sektor kesehatan di Asia Pasifik,” ujarnya.
Sekitar 544 rumah sakit swasta di Indonesia, hampir 67% saham kepemilikan-nya dimiliki oleh investor asing. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah menjadi 731 di tahun 2018.
Meski sektor asuransi kesehatan diprediksi tumbuh seiring dengan makin kokohnya industri rumah sakit swasta di Indonesia, lanjut Hannah, proporsi cakupan asuransi kesehatan swasta masih tergolong rendah, yaitu kurang dari 5% dari total jumlah populasi. “Skema-skema asuransi yang disediakan pemerintah seperti Jamkesmas, Jamsostek, dan Askes, semestinya dapat digunakan baik di rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta, meskipun pelayanan yang diberikan di rumah sakit swasta masih terbatas pada perawatan dasar,” ujarnya.
Menurut Hannah, ke depan, sektor swasta semakin memperkokoh keberadaannya, termasuk dalam pembangunan pusat-pusat layanan kesehatan masyarakat. Sebagian besar pembangunan dan transaksi properti rumah sakit swasta terjadi di Jakarta. Lalu diikuti oleh kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Manado, Makassar, Tangerang, dan Bali, yang mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan investasi dalam pasar penyedia jasa layanan kesehatan di provinsi-provinsi utama di Indonesia.
“Sejumlah pemerintah negara-negara di kawasan Asia Pasifik telah meningkatkan upaya untuk menambah jumlah rumah sakit swasta. Sedangkan di Indonesia, terdapat sekitar 544 rumah sakit swasta di Indonesia, dimana hampir 67% saham kepemilikan-nya dimiliki oleh investor asing. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah menjadi 731 di tahun 2018,” urai Hannah.
Sementara itu, Senior Industry Analyst, Healthcare Frost & Sullivan, Nitin Dixit, menyatakan bahwa langkah selanjutnya yang harus diambil adalah mewujudkan visi pemanfaatan teknologi. Hal tersebut guna mendorong peningkatan layanan kesehatan, dimana target implementasi dari sistem informasi kesehatan di tingkat provinsi mencapai 100%, dan 60% untuk daerah pedesaan/perkotaan di tahun 2014.
Selain itu, imbuh Nitin, pemanfaatan teknologi juga akan mendukung proses pemerataan layanan kesehatan di seluruh penjuru nusantara, karena saat ini sebagian besar spesialis layanan kesehatan hanya tersedia di kota-kota besar dan jarak yang harus ditempuh untuk menjangkau layanan tersebut cukup jauh.
“Sebagai gambaran, meningkatnya penggunaan sistem telemedika untuk konsultasi melalui video dan diagnosa jarak jauh, serta penggunaan internet sebagai sarana konsultasi kesehatan dengan dokter lokal tanpa harus datang langsung ke klinik, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan,” kata Nitin. “Hal tersebut menunjukkan bahwa proses untuk mewujudkan sektor kesehatan yang berdasar pada informasi (information-based) niscaya akan segera tercapai dan pada akhirnya akan mendorong proses modernisasi sektor kesehatan di Indonesia, ” tutup Nitin.