PT Kelola Mina Laut (KML) termasuk perusahaan yang mulai melirik pasar Afrika dan Asia setelah krisis ekonomi mendera negara-negara utama tujuan ekspornya (Eropa dan Amerika) pada 2008 lalu. PT KML tersadar bahwa pasar Afrika dan Asia ternyata tidak bisa diabaikan. Ada potensi yang besar di sana.
Sejatinya sejak dua dekade silam, sudah ada brand Indonesia yang masuk ke pasar emerging market itu. Astra Otoparts, Indofood, dan Maspion di antaranya. Potensi pasar negri itu semakin besar setelah kondisi perekonomian mereka membaik. Potensi yang besar ini antara lain ditunjukkan oleh agresivitas Cina dalam menggarap pasar ini.
Mengingat tantangan daya beli, distirbusi dan sebagainya, perusahaan harus beradaptasi dengan kondisi perdagangan di Afrika. Hal ini mensyaratkan perusahaan berinvestasi di infrastruktur mereka sendiri dengan membangun sendiri misalnya, unit pengolahan air bersih pabrik seperti yang dilakukan (Heineken) yang bahkan harus mempaving jalan sendiri.
Untuk mengintegrasikan dengan lingkungan ritel yang unik, perusahaan FMCG harus membangun hubungan yang kuat dengan pedagang informal. Karena itu memiliki staf penjualan lokal menjadi penting terutama untuk mengidentifikasi outlet baru dan untuk membantu pedagang-pedagang tersebut membangun bisnis mereka. Dengan demikian, mereka dapat memperluas cakupan mereka dengan biaya modal minimal. Solusi ini telah ditambah dengan insentif yang kuat untuk pedagang informal untuk meningkatkan penjualan dan visibilitas merek.
Coca-Cola misalnya, untuk menarik perhatian konsumen, mereka membangun Pusat Distribusi Mikro, depot milik lokal yang didirikan di daerah padat penduduk. Pusat distribusi ini mendapat dukungan dari kantor pusat Coca-Cola dengan keahlian teknis dan pembiayaan operasional. Pada gilirannya, depot milik lokal ini mendistribusikan produk ke daerah pedesaan dengan menggunakan truk kecil, kadang-kadang sepeda atau gerobak dorong.
Cara lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan inovasi produk. Promasidor menggantikan lemak hewan dalam susu bubuk dengan lemak nabati untuk mengurangi ketergantungan pada transportasi berpendingin sehingga lebih mudah untuk mendistribusikan.Intinya, untuk masuk ke Afrika, dibutuhkan inovasi yang tinggi. Afrika adalah sebuah pasar yang unik yang membutuhkan pendekatan distribusi yang inovatif agar bisa menjangkau konsumen yang tersebar tadi. Insentif yang kuat pertumbuhan tinggi untuk perusahaan FMCG dalam pasar ini terus mendorong perusahaan-perusahaan untuk menemukan cara yang unik guna mendekati benua ini.
PT Kelola Mina Laut (KML) termasuk perusahaan yang mulai melirik pasar Afrika dan Asia setelah krisis ekonomi mendera negara-negara utama tujuan ekspornya (Eropa dan Amerika) pada 2008 lalu. PT KML tersadar bahwa pasar Afrika dan Asia ternyata tidak bisa diabaikan. Ada potensi yang besar di sana.
Sejatinya sejak dua dekade silam, sudah ada brand Indonesia yang masuk ke pasar emerging market itu. Astra Otoparts, Indofood, dan Maspion di antaranya. Potensi pasar negri itu semakin besar setelah kondisi perekonomian mereka membaik. Potensi yang besar ini antara lain ditunjukkan oleh agresivitas Cina dalam menggarap pasar ini.
KML untuk tidak menyandarkan kinerja kepada ekspor ke negara tujuan tradisional (Eropa, Jepang, dan Amerika). Sekitar 90% bisnis KML memang bertumpu pada pasar ekspor, dan sejauh ini permintaan terbanyak masih datang dari Amerika, Jepang dan Eropa. KML mulai menyeriusi pasar Afrika sejak 2011, yang selama ini hanya memberikan kontribusi sekitar 5% kepada total ekspor KML dengan angka pertumbuhan 5-%-10%.
Meski terkendala infrastruktur Pemerintah, Winardi Prima, Direktur KML dalam acara CEO Forum di MM Unair 2012 lalu menyatakan bahwa Afrika merupakan target prospektif untuk tujuan ekspor perikanan. Selama ini benua hitam tersebut belum banyak tersentuh, padahal negara-negara seperti Ethiopia dan Kepulauan Mauritius memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi. Jenis ikan yang diminati di Afrika yaitu jenis ikan tropis.
Meski sependapat bahwa pasar Afrika menjanjikan, Prima masih merasakan kesulitan menembus pasar negri itu terutama berkaitan dengan infrastuktur, kesulitan berkomunikasi, teknologi serta kemudahan dari Pemerintah. Saat ini, PT Kelola Mina Laut memiliki kapasitas produksi 2 ribu-3 ribu ton ikan per bulan dengan peningkatan produksi mencapai 20% per tahun.
Mengutip Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan, Ari Satria, SE, MA, pada September tahun lalu, pertumbuhan ekonomi di kawasan Afrika hingga akhir 2014 diproyeksikan cukup bervariasi, dengan pertumbuhan ekonomi terbesar dialami oleh negara-negara yang berada di kawasan Sub-Sahara Afrika, yaitu sebesar 5,4%. Selanjutnya diikuti kawasan Afrika Utara sebesar 3,1%, dan kawasan Afrika Selatan sebesar 1,7%. Peluang ekspor Indonesia ke Afrika, menurut dia, juga masih sangat terbuka, mengingat pasarnya yang masih sangat besar, belum banyak eksportir dunia yang masuk ke pasar tersebut.
“Regulasi di sana pada umumnya juga masih sangat...