Empati dalam komunikasi perubahan tidak hanya tentang memahami perasaan dan perspektif orang lain tetapi juga tentang mengekspresikan pengertian tersebut dalam tindakan nyata. Ini melibatkan pengakuan akan keberagaman individu dalam organisasi dan memahami bahwa setiap orang mungkin memiliki reaksi yang berbeda terhadap perubahan (Blank, 2011).
Pemimpin yang empatik mampu mengidentifikasi dan mengatasi kekhawatiran serta kebutuhan karyawan, meminimalkan ketidakpastian dan membangun kepercayaan dalam prosesnya.
Menurut Michalak et al. (2007), kecerdasan emosional pemimpin memainkan peran penting dalam mengelola emosi karyawan, memotivasi mereka, dan mempengaruhi sikap serta perilaku mereka terhadap perubahan. Ini termasuk kemampuan untuk mengenali emosi sendiri dan orang lain, serta kemampuan untuk menggunakan pemahaman emosional tersebut dalam memimpin secara efektif.
Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat memfasilitasi dialog yang terbuka, di mana karyawan merasa didengar dan dihargai, sehingga meningkatkan keterlibatan dan dukungan mereka terhadap perubahan (Awan dan Mahmood, 2010).
Gaya komunikasi perubahan empatik juga menekankan pentingnya mengekspresikan penghargaan terhadap kontribusi karyawan dan mengakui pencapaian mereka sebelumnya. Hal ini menciptakan lingkungan yang positif di mana karyawan merasa dihargai dan lebih terbuka terhadap perubahan yang akan datang. McKeown dan Bates (2013) menunjukkan bahwa pemimpin yang berhasil dalam mengelola perubahan sering kali adalah mereka yang dapat mengkomunikasikan visi perubahan dengan cara yang menginspirasi dan memotivasi karyawan, sambil juga mengakui dan menghargai kontribusi mereka.
Penting juga untuk pemimpin untuk mempertahankan komunikasi yang jujur dan transparan sepanjang proses perubahan. Ini termasuk berbagi informasi tentang perubahan seakurat mungkin, mendengarkan dan menanggapi kekhawatiran karyawan, serta melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan sejauh mungkin.
Menyediakan informasi yang jelas dan tepat waktu dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan membangun kepercayaan, yang keduanya krusial untuk suksesnya perubahan (Düren, 2013).
Akhirnya, gaya komunikasi perubahan empatik memerlukan pemimpin untuk menjadi model peran yang baik. Ini melibatkan menunjukkan empati dan kepedulian tidak hanya melalui kata-kata tetapi juga melalui tindakan.
Pemimpin harus menunjukkan komitmen mereka terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi, serta terhadap kesejahteraan karyawan. Melalui contoh perilaku mereka sendiri, pemimpin dapat menginspirasi karyawan untuk menerima dan mendukung perubahan (McKeown dan Bates, 2013).
Dengan mengadopsi gaya komunikasi perubahan empatik, organisasi dapat lebih efektif dalam mengelola dan mengimplementasikan perubahan, sambil memastikan bahwa karyawan merasa dihargai, didengar, dan terlibat dalam prosesnya.
Gaya komunikasi perubahan empatik merupakan pendekatan dalam manajemen perubahan yang menekankan pada penggunaan empati sebagai alat utama dalam berkomunikasi dan mengelola perubahan di organisasi.
MIX.co.id - Untuk pertama kalinya, Pop Mart Indonesia menggelar brand experience atau pengalaman otentik Pop…
MIX.co.id - Jelang Natal tahun ini, AirAsia MOVE merangkum tiga destinasi perayaan Natal di lintas…
MIX.co.id - Bagi korporasi, Corporate Secretary (corsec) memiliki peran yang sangat vital. Sejatinya, corsec menjadi…
MIX.co.id – PT Asuransi Umum Mega (Mega Insurance) menjalin kerja sama strategis dengan PT Asuransi…
MIX.co.id - Snapcart merilis laporan terbarunya, “Marketplace Pilihan UMKM: Pengalaman Berjualan Terbaik”. Laporan tersebut juga…
MIX.co.id – PT Reed Exhibitions Indonesia (RX Indonesia) kembali menggelar pameran Indonesia Maternity, Baby and…