Industri perhotelan nasional tengah menghadapi situasi sulit. Paska kebijakan pemerintah yang membatasi pegawai PNS menyelenggarakan rapat di hotel berimbas pada anjloknya tingkat hunian hotel berbintang. Founder & CEO Republik Capital Management Ltd, Suwito menegaskan, hotel bintang empat dan lima yang paling merasakan dampak dari kebijakan pemerintah tersebut, yakni tingkat huniannya anjlok hingga dua digit.
“Tingkat hunian hotel berbintang pada kuartal pertama tahun ini rata-rata turun hingga 12% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hotel berbintang di Jakarta dan Bandung lebih besar lagi tingkat penurunannya, yakni mencapai 15%, sedangkan hotel di Bali tingkat penurunannya mencapai 11%,” paparnya.
Penurunan tingkat hunian di Jakarta dan Bandung yang paling tinggi ini, menurut dia, karena hotel di dua kota tersebut paling banyak digunakan untuk acara rapat dinas atau instansi pemerintah. Berbeda dengan kota-kota di luar Jakarta dan Bandung, frekuensi penggunaan hotel untuk rapat dinas relatif lebih sedikit. Sementara Bali, turunnya tingkat hunian hotel disebabkan oleh melemahnya rupiah terhadap dolar AS yang memicu kenaikan tarif menginap.
Banyak wisatawan nusantara (wisman) yang menunda menginap, padahal kontribusi wisman terhadap tingkat hunian hotel di Bali cukup tinggi. Sementara turis asing jelas sangat menikmati terpuruknya rupiah karena mereka membayar dengan dollar. “Hotel yang melakukan transaksi dengan dollar jelas menguntungkan turis asing,” lanjut Suwito.
Untuk mendongkrak tingkat hunian atau okupansi, sejumlah hotel berbintang gencar melakukan promo, terutama pada week end. Hotel Best Western Kuta Villa Bali misalnya, memberikan harga promo Rp205.000/malam dari harga publish rate Rp491.000/malam. Kemudian, Aston Braga Hotel & Residence Bandung, memberikan harga promo Rp295.000/malam dari harga publish rate Rp 699.380/malam.
Kerja sama dengan perbankan juga dianggap sebagai solusi untuk mendongkrak hunian. Cara inilah yang ditempuh Accor menjalin kerjasama dengan Bank Mandiri dimana para pemegang kartu debit dan kredit bank Mandiri akan memperoleh harga spesial diskon 10% saat menginap di hotel jaringan Accor di Indonesia, Malaysia, dan Singapura seperti Pullman, Mgallery, Grand Mercure, Novotel, dan Ibis hingga Desember 2015. Tak hanya itu, pemilik kartu akan mendapat harga murah apabila menginap 3 hari cukup bayar 2 hari.
Suwito mengaku, kebijakan pemerintah yang membatasi pegawai PBS rapat di hotel sangat memukul tingkat okupansi hotel. Oleh karena itu, dia menyarankan agar pengelola hotel mulai fokus menggarap sektor swasta untuk penyelengaraan rapat atau meeting. “Tentu saja harus disertai promo atau paket hemat agar mereka mau memanfaatkan hotel untuk kegiatan meeting,” jelasnya.
Segmen swasta, menurut dia, memiliki peluang yang lebih besar ketimbang pegawai PNS. Ini bisa dilhat dari jumlah perusahaan swasta yang lebih banyak daripada instansi pemerintah. Persoalannya, pengelola hotel relatif lebih mudah menggaet pegawai PNS daripada swasta, maka pengelola sepertinya lebih fokus ke acara-acara pemerintahan. “Inilah saatnya fokus menggarap sektor swasta kalau ingin okupansi hunian hotelnya tidak anjlok,” kata Suwito lagi.
Penurunan okupansi hotel tidak hanya dialami Indonesa, tapi juga terjadi di Cina. Kebijakan pemerintah Cina yang mamangkas pengeluaran untuk kegiatan rapat dan perjalanan dinas berimbas pada penurunan okupansi hotel di Cina. “Pemotongan pengeluaran pada rapat dan perjalanan dinas dari anggaran pemerintah pusat telah memberi efek cepat pada penurunan okupasi hotel, baik brand lokal maupun internasional,” kata Jesper Palmqvist, Area Director Asia Pasific STR Global.
Salah satu strategi utama untuk pemulihan, menurut dia, adalah dengan tetap mempertahankan nilai dalam level yang masih masuk akal. Artinya, pengelola hotel tidak perlu menurunkan harga kamar terlalu banyak. Seperti di Bangkok 2014 lalu dimana permintaan dan tingkat hunian jauh merosot dibanding Indonesia, tapi hotel di Bangkok tidak menurunkan harga kamar terlalu banyak. Hasilnya, ketika permintaan kembali normal, maka performa secara keseluruhan bisa kembali pulih dengan cepat.
“Kepiawian dan kejelian pengelola hotel sangat dibutuhkan saat ini. Program promo sebaiknya tidak memberi diskon habis-habisan, tapi lebih soft dan diberlakukan pada moment tertentu seperti week end. Promo diskon habis-habisan dapat menjatuhkan kredibilitasnya sebagai brand hotel berbintang,” lanjut Jesper.
Nasib baik rupanya berpihak kepada budget hotel. Ketika pengelola hotel berbintang merasa “galau” lantaran tingkat huniannya menurun, budget hotel malah menuai pertumbuhan tingkat hunian yang cukup tinggi. “Segmen budget hotel tidak terpengaruh oleh kebijakan pembatasan pegawai PNS rapat di hotel. Rata-rata okupansi budget hotel saat ini masih 80%,” kata Suwito.
Sampai dengan akhir tahun ini, lanjut dia, rata-rata okupansi budget hotel dui Indonesia dapat bertahan di angka 80%. Bahkan, budget hotel yang berlokasi di kota besar sebagai sentra bisnis, tingkat okupansinya bisa lebih besar lagi, bisa di angka 90% atau lebih.