Indonesia Best School of Communication and Management Award kembali digelar. Acara yang digelar pada Kamis (5/9) malam di Hotel Shangri-La, Jakarta, merupakan ajang apresiasi kepada para insan akademisi sekaligus pemberian penghargaan untuk institusi pendidikan yang telah berhasil keluar sebagai pemenang dalam survei Indonesia Best School of Communication and Management 2013.
Perhelatan Indonesia Best School of Communication and Management tahun 2013, Kamis (5/9) malam, bertempat di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Dalam kata sambutannya, Pemimpin Redaksi Majalah MIX, Kemal Efendi Gani menyebut, survei tersebut dilakukan untuk memberikan feedback kepada masyarakat, perguruan tinggi, dan industri terkait pelaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya pada bidang komunikasi dan manajemen.
Selain pemberian penghargaan, acara yang dipandu oleh Elke Alexandrina, BSc., Msc, Dekan Departement of Public Relation, Marketing, and International Relations Studies LSPR tersebut juga mengadakan diskusi terkait hasil survei yang sudah dirilis Majalah MIX. Dalam sharing session yang dimulai pukul 19.00 WIB tersebut turut dihadiri oleh para pembicara panel yaitu Bambang Sumaryanto (Communication Director P&G Indonesia), Febriati Nadira (VP Corporate Communication Mandiri Sekuritas), Prof. Dr. Hadri Kusuma, MBA (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia), dan Dr. Deden Ramdan, Msi (Wakil Rektor 3 Universitas Pasundan).
Dalam diskusi bertajuk “Bagaimana Mencetak Lulusan Sekolah Komunikasi dan Manajemen sesuai Standar dan Kebutuhan Industri serta Berkaliber Internasional?”, yang digelar sebelum penyerahan penghargaan, beberapa kali para pembicara mengutarakan akan pentingnya lulusan yang tidak sekedar ber-IPK tinggi namun punya soft skill dan attitude yang baik ketika masuk dunia kerja.
Menurut Febriati Nadira, “Kini lulusan perguruan tinggi juga harus tanggap dalam berbagai hal. Contohnya lulusan public relation (PR), ada tiga poin penting untuk menjadi seorang PR yang baik. Pertama, kecepatan. Kami mengharapkan siapapun yang bekerja di PR mempunyai kecepatan dalam mengakses informasi tentang perusahaan karena saat ini penyebaran informasi sangat cepat dan harus mampu kita imbangi," tutur Febriati.
Lanjut Febriati, “Kedua adalah akurasi. Kecepatan seorang PR untuk mengakses dan mengetahui berbagai informasi harus diimbangi dengan akurasi informasi tersebut. Dan terakhir, yaitu mengikuti perkembangan zaman, baik secara teknologi maupun isu–isu terkini,” paparnya.
Senada dengan Febriati, Bambang Sumaryanto, Communication Director P&G Indonesia, menuturkan, bahwa lulusan perguruan tinggi kini tidak hanya bisa mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) saja. “Walaupun menjadi salah satu faktor penilaian dalam proses rekrutmen pegawai. Asal kampus, baik negeri maupun swasta bukan jaminan untuk dapat menembus seleksi,” ucap Bambang.
Kini lulusan tidak harus dari sekolah negeri atau swasta, ungkap Bambang, tapi nilai juga adalah bagian dari pertimbangan perusahaan untuk memberikan kesempatan melamar kerja. “Nilai IPK-nya baik sebagai awal untuk mulai mendapatkan kesempatan melamar pekerjaan. Nilai yang baik tersebut menunjukkan ada usaha untuk meraih nilai baik yang relevan di dunia kerja nantinya dia mampu meraih target yang sudah ditentukan. Setelah melihat nilai, tahapan selanjutnya baru melihat soft skill dan intrapersonal skill orang tersebut,” papar Bambang.
Menurut Bambang, meski berasal dari universitas ternama belum tentu menjamin lulusannya memiliki bekal soft skills yang cukup. “Sangat susah mencari lulusan perguruan tinggi Indonesia yang memiliki soft skills sesuai kebutuhan kami. Soft skills tersebut berupa etos kerja di mana mampu tahan banting dengan persaingan dari Singapura, Filipina, dan sebagainya,” tandas Bambang.