Ini Penyebab Gagalnya Perusahaan Menjalankan Digital Marketing !

Jika Anda mencari insights tentang masa depan digital marketing communication, ada baiknya bila Anda bertanya pada seseorang yang telah menekuni bidang itu sejak awal. Sally Falkow, seorang ahli sosial media, melakukan studi observasi mengenai tren online sejak pertengahan tahun 1990. Dalam artikel yang ditulis oleh Chris Abraham dan Dorie Clark sebagaimana dilansir situs Forbes.com, Falkow mengungkapkan empat isu yang ia temukan dalam dunia media digital saat ini serta bagaimana perusahaan-perusahaan cerdas dapat mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada.

digital-marketing1

Hanya Sedikit Perusahaan yang Menggunakan Blog

Setelah satu dekade kemunculannya, banyak orang berpendapat bahwa blogging merupakan hal yang pasaran. Namun sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut studi yang dilakukan oleh Umass-Dartmouth pada tahun 2008, 16% dari Fortune 500 berisi public-facing blog. Pada tahun 2014, angka tersebut hanya meningkat sebesar 31 persen. Falkow memahami mengapa belum banyak perusahaan yang tertarik menggunakan blog. “Blogging adalah sebuah komitmen,” ungkapnya. “Sekali Anda mulai, Anda harus melanjutkannya. Sebuah blog harus memiliki daya tarik yang besar. Anda harus membuat konten yang bagus secara terus menerus, dan menggunakan sumber-sumber daya yang Anda miliki.” Meskipun begitu, Falkow melihat sepinya perusahaan yang menggunakan blog ini sebagai suatu penyia-nyiaan kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan para stakeholders, berbagi ide, dan menjaga posisi Anda sebagai pemimpin di bidang ini. Memang, ia berkata “Dengan digital, kita memiliki tools baru. Merupakan hal mudah untuk melakukan publikasi dan Anda dapat menggunakan analytics untuk mencari tahu konten apa yang paling sering dibicarakan oleh pembaca Anda.” Dengan demikian, Anda dapat berbicara kepada konsumen Anda dengan cara yang paling tertarget dan efektif.

Perusahaan masih Belum Memahami Makna “Social”

Menurut Abraham dan Clark, sosial media menyerupai pesta koktail. Anda tidak boleh hanya membicarakan diri Anda kepada orang lain secara terus menerus. Jangan mencoba menjual sesuatu sebelum Anda mengenal seseorang. Namun sayangnya Falkow masih melihat bahwa hal-hal tersebut justru sering dilakukan oleh para marketers. Satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan me-Retweet ketika ada orang yang memuji pelayanan atau pun produk Anda. Cara ini lebih efektif dibandingkan bila Anda yang menyatakan kepada para konsumen “Z baru saja bilang bahwa ia menyukai produk kami!”.

Sebagian Besar Digital Communication Belum Cukup Visual

Seiring dengan bermunculannya berbagai platform seperti Instagram dan Pinterest telah memunculkan komunitas pencinta visual communication di dunia maya. Namun, kebanyakan marketers tidak memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, ungkap Falkow. “Kebanyakan praktisi PR bukanlah seorang desainer dan tidak pernah mengikuti training desain grafis,” ungkapnya. Namun Falkow justru menganggap ini sebagai kekurangan yang signifikan. “Setiap mahasiswa jurusan PR harus dibekali dengan ilmu desain grafis. Konten visual merupakan hal yang wajib ada di dalam kesuksesan media sosial,” ungkapnya. Tidak ada alasan lagi untuk membantahnya. “Dengan adanya berbagai tools digital baru, setiap orang dapat dilatih untuk mengambil foto yang mengagumkan menggunakan kamera mereka, atau membuat sebuah video pendek berdurasi kurang dari satu jam. Anda juga dapat menggunakan tools seperti Canva atau Picmonkey untuk mengedit foto dan membuat poster lengkap dengan teksnya untuk kemudian di share ke Instagram atau Pinterest.

Anda Harus Menggabungkan “Paid dan Earned Media”

Pada akhirnya, Falkow menyarankan kepada para perusahaan untuk menghadapi fakta yang ada: kita tinggal di dunia Mark Zuckerberg, dan dia ingin memonopolinya. Hari-hari di mana perusahaan mampu bergantung pada organic reach untuk berhubungan langsung dengan konsumen via Facebook (dan berbagai platform sosial media lainnya) telah lama usai. “Distribusi dan amplifikasi pesan pada akhirnya akan membuat Anda perlu menyewa social advertising,”ungkapnya, dan “batas antara paid, owned, dan earned media akan semakin mengkabur. Para praktisi PR harus menguasai seni menggunakan sosial media berbayar untuk mendukung kontennya.”

Lebih dari satu dekade di dalam era sosial, namun kebanyakan perusahaan masih belum sepenuhnya memahami hal ini. Sehingga, jika Anda dapat memanfaatkan kesempatan di kompetisi ini maka Anda akan mendapat banyak keuntungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)