Kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Hal itu ditandai dengan maraknya pelaku bisnis yang masuk ke industri kedai kopi maupun kios kopi. Mulai dari kedai kopi berjejaring seperti Maxx Coffee dan Starbucks, hingga kios kopi seperti Tuku, Gulu, dan paling anyar Koppi.
Sebagai pendatang baru dan resmi diluncurkan pada akhir Januari ini (31/1) di Jakarta, Koppi menawarkan inovasi yang juga menjadi diferensiasi sekaligus added value-nya. "Penikmat kopi sudah menyebar ke segala lapisan usia, status sosial, dan gender. Tantangannya adalah bagaimana ngopi itu bisa lebih cepat dan mudah, terjangkau, dan rasa kopi yang ditawarkan harus berkualitas,” ujar Tony Arifin, Chief Executive Officer Koppi.
Ditambahkan Ario Fajar, Head of Marketing Koppi, ada tiga isu yang mengemuka saat dilakukan survey internal kepada konsumen Indonesia. Ketiga isu tersebut adalah kecepatan sekaligus kemudahan order, di mana penikmat kopi malas antre saat membeli dan menunggu terlalu lama pesanan yang mereka pesan melalui Go Food maupun Grab Food. Isu kedua adalah buying power konsumen kopi di Indonesia untuk kopi adalah Rp 15 ribu sampai Rp 35 ribu. Isu yang ketiga adalah kopi kekinian dengan aneka rasa, yang dianggap terlalu berlebihan sehingga akhirnya menghilangkan cita rasa dari the real coffee.
Guna menjawab isu tersebut, menurut Ario, Koppi hadir sebagai aplikasi sekaligus kedai kopi on-demand yang mengintegrasikan aplikasi, data, dan teknologi. Artinya, masyarakat bisa memesan kopi terlebih dahulu (pre-order) dengan mengatur waktu pengambilan pesanan (pick-up) atau dengan layanan pengantaran ekspres (delivery).
Untuk layanan antar yang lebih cepat, lanjut Ario, Koppi mengandeng jasa layanan kurir sepeda, Westbike Messenger. Layanan pengantaran oleh Westbike hanya bisa digunakan radius maksimal 2 kilometer dari kedai atau outlet Koppi yang dipilih. "Langkah ini juga sebagai wujud komitmen kami untuk ramah lingkungan," terangnya.
Soal isu harga, Koppi menjawabnya dengan harga yang terjangkau, yakni di kisaran Rp 18 ribu hingga Rp 30 ribu. Sementara untuk menjawab isu kualitas the real coffee, Koppi memilih menggandeng World Barista Champion 2014, Hidenori lzaki, untuk mengembangkan menu Koppi. "Hidenori akan menempati posisi sebagai Beverage Manager yang bertanggungjawab atas kualitas minuman," tutur Ario, yang menyebutkan bahwa Hidenori juga menjabat sebagai konsultan di Luckin Coffee Tiongkok dan McDonald Jepang.
Dalam pengembangan bisnis, diungkapkan Tony, Koppi mengedepankan tiga program utama, yakni Menghidupkan, Memberdayakan, dan Menghubungkan. Untuk aspek menghidupkan, pihaknya menggunakan biji kopi Indonesia yang diambil Iangsung dari petani lokal, tanpa syarat tanpa perantara. Dalam hal ini, Koppi mulai dengan bekerja sama dengan Asosiasi Petani Pengusaha Kopi Jawa Barat (APZKJB).
Untuk program pemberdayaan, Koppi berkomitmen meningkatkan kompetensi barista, baik kemampuan teknis dan pengetahuan, serta memberikan kesempatan barista disabilitas (tuli). "DaIam menjalankan program ini, kami bekerja sama dengan komunitas Handai Tuli. Kami juga berencana mengakomodir para disabilitas dengan menempatkan dua orang diasbilitas di setiap gerai Koppi," imbuh Ario.
Brand Awareness dan Promo Koppi
Dengan berbagai keunggulan itu, tahun ini Tony pun optimis mematok 40 gerai Koppi di daerah Jabodetabek, baik gerai yang berkonsep memiliki tempat duduk (seated) maupun berupa booth atau kios. "Area yang kami jangkau adalah gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, stasiun, dan area publik Iainnya dengan target pasar kaum urban dan milenial," papar Tony.
Demi memperkenalkan sekaligus membangun brand awareness, peluncuran Koppi ditandai dengan seremonial yang spektakuler, yakni berupa perolehan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas dua rekor sekaligus, ”Cangkir Kopi Terbesar di Indonesia” dan ”Kedai Kopi On-demand Pertama yang Mengintegrasikan Aplikasi, Data, dan Teknologi di Indonesia.
Rekor pertama ”Cangkir Kopi Terbesar di Indonesia” berkapasitas 10.000 liter dengan menggunakan 250 kg biji kopi, 8000 liter air, dan 2000 kg es batu. Cangkir raksasa ini memiliki tinggi 5,8 meter, dengan diameter 8,7 meter yang dibuat oleh lebih dari 40 orang selama 2 bulan lebih. Cangkir raksasa akan dipajang beberapa hari di Oakwood, Mega Kuningan, lalu berpindah ke Jalan Prof. DR. Satrio, dan terakhir di kedai Koppi Menara Global, Gatot Subroto, Jakarta, yang akan dibuka dalam waktu dekat.
"Rekor MURI kedua, karena Koppi menjadi kedai kopi pertama yang mampu memberikan layanan pemesanan dan pengiriman sesuai permintaan aplikasi. Koppi selalu menawarkan hal yang unik dan berbeda, termasuk dalam pembukaan toko pertama dengan menyabet penghargaan dari MURI. Kami berharap Koppi mendapat pengakuan tinggi dari masyarakat,” tandas Ario.
Upaya promosi tentu saja dilancarkan Koppi guna mengundang konsumen untuk mencoba dan membeli. Ada tiga promo menarik yang dihadirkan. Pertama, pembagian kopi gratis ke masyarakat yang berlaku satu hari, yakni 31 Januari 2019 dari pukul 09.00 hingga 14.00 WIB. Caranya cukup dengan mengunduh aplikasi Koppi di Playstore atau Appstore.
Kedua, online giveaway ”Gratis Ngopi Sebulan” kepada tiga orang pemenang hasil kerja sama dengan Kompasiana. Nantinya, ketiga orang yang beruntung akan bisa menikmati menu Koppi setiap hari selama sebulan. "Ketiga adalah promo 'Ngopi Cuma Rp 1' khusus pemegang kartu debit dan atau kartu kredit Mandiri, mulai dari 31 Januari 4 Februari," tutup Ario.