Setelah satu tahun beroperasi dengan model B2C (Business to Consumer), situs belanja online(e-commerce), Lazada Indonesia (Lazada.co.id) akan mengembangkan bisnisnya menjadi market place (Consumer to Consumer-C2C). Untuk rencana tersebut, saat ini perusahaan tengah melirik para pelaku usaha kecil menengah (UKM) untuk bergabung menjadi mitra Lazada.
Lazada Indonesia bidik sekitar 50 sampai 100 usaha kecil menengah (UKM) sebagai upaya mengembangkan bisnisnya menjadi C2C tahun 2013 ini.
“Kami sedang melakukan pendekatan dengan 50 sampai 100 usaha kecil menengah (UKM),” ujar Chief Excutive Officer Lazada South East Asia, Maximilian Bittner. Ia optimis, Lazada mampu bersaing dengan market place yang lebih dulu hadir, seperti Rakuten ataupun Tokobagus.
Dijelaskan, pengembangan bisnis ke arah market place merupakan salah satu upaya untuk mempertahakan pertumbuhan Lazada Indonesia yang selama enam bulan terakhir berhasil tumbuh 20% per bulan. Di luar itu, mereka juga akan mengembangkan strategi untuk meningkatkan logistik dengan mengembangkan aplikasi mobile e-commerce.
Lazada yang merupakan proyek perusahaan online inkubator asal Jerman, Rocket Internet, memang gencar memasang iklan di berbagai media di internet. Di Indonesia, Lazada menawarkan beragam produk mulai dari komputer, laptop, ponsel, tablet, kamera, peralatan elektronik, jam tangan, elektronik rumah tangga, peralatan rumah tangga, kesehatan dan kecantikan.
Selain di Indonesia, Lazada juga hadir di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Indonesia merupakan pasar yang menyumbang pendapatan paling besar terhadap pendapatan Lazada Asia Tenggara, dengan kontribusi sebesar 30%. Pasar kedua yang terbesar adalah Thailand. Sayangnya Bittner tidak bersedia menyebut nilai revenue yang berhasil mereka raih di masing-masing negara tersebut.