Ramainya kasus pembegalan motor yang akhir-akhir ini melanda Kota Depok rupanya berujung pada lunturnya reputasi Kota Depok. Senasib dengan Kota Bekasi, kini Kota Depok tengah menjadi bahan bully di dunia maya. Tak sedikit netizen melempar ejekan—hingga meme—tentang buruknya wajah Kota Depok.
Poster nyinyir mem-bully Kota Depok pun marak beredar di social media. Antara lain poster dengan tayangan kalimat, “Main-mainlah ke rumah aku di depok, siapa tau DIBEGAL”.
Masih belum puas, netizen pun melempar kicauan yang tak sedap tentang Kota Depok. Akun @Comarade_Putut misalnya, berkicau, “Klo ke Jakarta kehilangan duit (Harga2 mahal). Klo ke Bekasi kehilangan waktu (macet). Klo ke Depok kehilangan nyawa (dibegal). #BegalDepok”.
Sang Walikota Kota Depok dan jajaran kepolisian, yang dianggap sebagai sosok yang paling bertanggung jawab, pun kena getahnya. Mereka turut di-bully. Akun @ffildzahizz milsanya, berkicau, “#BegalDepok kian meresahkan!! Walikotanya gatau dimana! Gak ada statement apapun bahkan! Ini warga Depok dibayangi rasa ketakutan Pak!”
Merujuk pengamatan media monitoring dan digital analytics Awesometrics (Partner Fortune PR), tindak kriminalitas pembegalan motor di Depok mulai riuh dibicarakan di dunia maya semenjak pertengahan Januari 2015. “Ini dikarenakan aparat polisi tak jua berhasil menangkap pelakunya,” ungkap Indira Abidin, Chief Happiness Officer Fortune PR.
Pantauan Indira, sebelum ramai di media sosial, pemberitaan di online media sudah muncul sejak 20 Januari 2015. Portal berita Viva.co.id misalnya, menurunkan tulisan berjudul “Warga Depok Cemas Komplotan Begal Sadis Masih Berkeliaran. Pada tanggal yang sama, ada pemberitaan lain dengan judul “Dipersenjatai Dengan Lengkap, Berpatroli Didaerah Rawan, Menyerupai Tim Densus 88: Begal Motor Tak Tertangkap Polres Terjunkan Tim Jaguar” di portal Indopos.co.id. Alhasil, hampir seluruh media nasional di Tanah Air turut meramaikan pemberitaan kasus begal motor yang melanda Kota Depok.
Menghadapi situasi seperti itu, pemerintah dan jajaran kepolisian Kota Depok tampaknya tak tinggal diam. Pihak kepolisian misalnya, membentuk tim khusus, Tim Jaguar, untuk memberantas para begal motor di Kota Depok. Selain itu, mencoba menjawab hastag #BegalDepok, pemerintah Kota Depok pun membuat hastag #DepokAmanBro.
Melalui hastag #DepokAmanBro, sejumlah informasi seputar langkah pemerintah Kota Depok memerangi pembegalan motor dikomunikasikan lewat social media. Tengok saja dua tweet berikut ini. "Tgl25Jan2015 trjd begal diLenteng Agung, dg motor rampasn pelaku begal diDepok. Pelaku sdh ditangkap http://s.id/BegalLentengAgung #DepokAmanBro" dan "Kejadian begal lain yg trjd di depok hnylah berita bohong http://s.id/BcBegalHoaz #DepokamanBro".
Sementara itu, sepuluh hari terakhir pemantauan, Awesometrics mendapatkan ada lebih dari 36.500 mention atau penyebutan kata “Depok” di multiplatform. Mention “Depok” 95 persen berasal dari jejaring twitter, jejaring facebook, dan forum.
Dari total mention soal Depok, 28 persennya bersentimen negatif. Mayoritas adalah menyoalkan kasus-kasus kriminalitas. Kasus kriminalitas yang paling banyak disebut adalah kasus pembegalan motor yang belakangan memakan banyak korban, curanmor, dan sebagianya.
“Selain itu, ada soal kasus narkoba, perampok bersenjata api, dan kasus korupsi. Lalu, ada bahasan soal kemacetan yang dinilai sangat tinggi di wilayah Depok, yang juga disebut-sebut rawan kecelakaan. Kasus kriminalitas, pelanggaran hukum, dan pengaturan lalu lintas ini juga berdampak pada pandangan masyarakat yang kian negatif terhadap kota Depok,” terang Indira.
Sayangnya, merujuk pada pergerakan trend sentimen, terlihat bahwa sentimen negatif masih mendominasi, dan puncaknya terjadi pada 4 Februari 2015. “Sentimen negatif itu masih terjadi, meskipun sudah diberitakan media bahwa 29 pembegal sudah ditangkap. Kecemasan warga masyarakat masih tinggi, lantaran ada pembegal yang diduga masih buron,” Indira menganalisis.
Hasilnya, kini stigma negatif membayangi reputasi Ktoa Depok. Analisis Awesometrics menunjukkan bahwa stigma “Depok Kota Begal” mendapat persentase tinggi, hampir 50 persen. Kemudian, disusul 15 persen menyebut kota Depok sarang narkoba, dan 10 persen adalah kota berpotensi korupsi. Oleh karena itu, 10 persen permohonan menyerukan agar CCTV dipasang di kawasan yang terancam kasus begal.
“Namun, ada dua kesan terbaik yang muncul untuk Depok dalam sepuluh hari terakhir, yakni kota dengan penanganan sampah yang baik. Sementara itu, masih ada 6 persen warga yang meyakini Depok aman,” tutup Indira.