Headline

Mengapa Orang Menolak Melakukan Perubahan?


Kita sering mendengar jargon, berubah atau mati. Ini menunjukkan pentingnya perusahaan melakkan perubahan karena lingkungan perusahaan itu sendiri juga berubah sehingga perusahaan itu sendiri harus melakukan perubahan atau beradaptasi dengan perubahan itu. Jika tidak berubah, perusahaan atau merek Anda akan tergilas oleh perubahan itu sendiri.

Akhir tahun lalu, mungkin Anda telah menyusun berbagai macam program yang tahun ini mulai Anda implimentasiikan. Ini berarti secara langsung atau tidak langsung Anda harus melakukan perubahan atau minimal penyesuaian agar program Anda itu terlaksana.

Persoalannya — dan ini yang selalu muncul – ada beberapa pihak yang enggan melakukan atau menolak perubahan. Bila Anda gagal menangani orang-orang yang menolak perubahan tersebut, ini akan mengganggu program yang akan Anda kerjakan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan program Anda gagal. Pertanyaannya adalah kenapa ada orang yang enggan atau menolak perubahan?

Beberapa penulis telah mencoba untuk merangkum berbagai alasan mengapa orang menolak perubahan. Kotter dan Schlesinger (1979) menunjukkan bahwa ada empat alasan utama mengapa orang menolak perubahan: (1) mereka takut kehilangan sesuatu yang berharga; (2) mereka gagal untuk memahami perubahan dan implikasinya; (3) mereka percaya bahwa perubahan tidak masuk akal; (4) atau, cukup, mereka memiliki toleransi yang rendah untuk perubahan.

Peneliti lainnya, Oreg (2003, hal. 680) mengidentifikasi enam sumber resistensi yang muncul dari kepribadian seorang individu. Pertama, orang menolak perubahan karena keengganannya atau kekhawatiran bahwa dia akan kehilangan kontrol.

Beberapa peneliti menekankan bahwa hilangnya kontrol sebagai penyebab utama resistensi (Conner, 1992). Dengan kata lain, seseorang mungkin menolak perubahan karena mereka merasa kendali atas situasi kehidupan mereka diambil dari mereka karena adanya perubahan.

Faktor kedua adalah karena kekakuan kognitif. Para ahli yang telah meneliti proses kognitif yang mendasari tanggapan orang terhadap perubahan organisasi (Bartunek, Lacey, & Wood, 1992; Bartunek & Moch, 1987; Lau & Woodman, 1995), beberapa diantaranya menyarankan bahwa sifat dogmatisme (Rokeach, 1960) mungkin bisa diajdikan sebagai prediksi pendekatan individu untuk berubah. Artinya, orang-orang yang sudah yakin benar bahwa perubahan tidak akan mendatangkan manfaat atau tidak akan berhasil membuat mereka menolak perubahan.

Faktor ketiga adalah karena kurangnya ketahanan psikologis. Peneliti lain menunjukkan bahwa perubahan mendatang tingkat stress yang lebih tinggi. Karena itu faktor ketahanan psikologi bisa dijadikan sebagai indikator untuk memprediksi kemampuan individu dalam mengatasi perubahan (misalnya, Ashforth & Lee, 1990;. Hakim et al, 1999).

Individu yang tangguh pada kenyataannya lebih bersedia untuk berpartisipasi dalam perubahan organisasi (Wanberg & Banas, 2000) dan memperlihatkan kecenderungan peningkatan dalam kemampuan mengatasi persoalan yang muncul akibat perubahan (Hakim et al., 1999).

Faktor keempat adalah sikap intoleransi terhadap periode penyesuaian dalam perubahan. Aspek yang berbeda dari ketahanan psikologis individu adalah kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru. Beberapa peneliti menyatakan bahwa orang menolak perubahan karena saking seringnya – dalam jangka pendek — mereka dilibatkan pada lebih banyak pekerjaan (Kanter, 1985).

Faktor kelima karena mereka lebih menyukai stimulus dan kebaruan dalam perubahan yang tidak terlalu tinggi. Sejumlah penelitian berhasil mengidentifikasi perbedaan antara individu yang adaptif, yang memiliki kinerja terbaik dalam kerangka kerja yang jelas dan akrab; dan inovator, yang memiliki kemampuan lebih baik dalam hal menemukan solusi baru di luar kerangka yang diberikan (Kirton, 1980, 1989).

Faktor keenam adalah keengganan untuk menyerah pada kebiasaan lama. Dengan kata lain mereka enggan untuk mengubah kebiasaan lama ke kebiasaan baru yang mendukung perubahan.

Page: 1 2

Edhy Aruman

Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Sebelum di Swa, Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen PR FISIP UI, dosen riset STIKOM LSPR Jakarta, dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.

Recent Posts

Majukan Fintech P2P Lending, Rupiah Cepat Libatkan Peran Perempuan

MIX.co.id – Perempuan memiliki peran penting dalam industri fintech peer to peer (P2P) lending. Hal…

17 mins ago

Q1 2024, Pendapatan Indosat Tumbuh 15,8%

MIX.co.id - Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan total pendapatan sebesar Rp 13.835 miliar, pada kuartal pertama…

2 hours ago

“Starbucks Creative Youth Entrepreneurship Program 2024” Jangkau Pelajar hingga Papua

MIX.co.id - Tahun ini, Starbucks kembali menggelar "Starbucks Creative Youth Entrepreneurship Program" (SCYEP). Melalui program…

4 hours ago

J&T Express akan Kembali Menggelar “J&T Connect Run 2024”

MIX.co.id - Tahun 2024 J&T Express, perusahaan ekspedisi berskala global, kembali menggelar J&T Connect Run.…

10 hours ago

Intip Keberhasilan EF Kids & Teens Jalankan Program Pelatihan Bahasa Inggris di Daerah Wisata

MIX.co.id - EF Kids & Teens Indonesia baru saja merampungkan progam Pelatihan Bahasa Inggris untuk…

12 hours ago

Kolaborasi Jadi Kunci Kepengurusan Perbasi Periode 2022-2026 dalam Mengukir Prestasi

MIX.co.id - Sejak dilantik, masa kepengurusan Perbasi (Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia) Jakarta periode 2022-2026,…

14 hours ago