Sebuah studi yang dirilis oleh Cone Communication dan Ebiquity Global mengungkapkan bahwa telah terjadi pergeseran terkait peran sekaligus tanggung jawab perusahaan dalam masyarakat. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa hampir 10 ribu konsumen global mengatakan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah ekspektasi global dan saatnya bagi perusahaan untuk memainkan perannya di masyarakat.
Riset tentang sikap konsumen, persepsi, dan perilaku konsumen terkait isu-isu CSR itu juga menyoroti sejumlah perubahan di masyarakat terkait ide mereka tentang peran perusahaan di dalam masyarakat. Hasilnya, 91 persen masyarakat di dunia memiliki ekspektasi pada perusahaan untuk melakukan lebih dari profit yang mereka peroleh. Mereka juga percaya bahwa perusahaan harus menangani masalah-masalah sosial dan lingkungan, dan bukan hanya bekerja untuk membuat keuntungan.
Temuan lainnya, 52 persen justru menyangsikan upaya CSR yang telah dilakukan perusahaan. Mereka (52 persen masyarakat di dunia) tidak percaya bahwa perusahaan telah sungguh-sungguh melakukan upaya tanggung jawab sosial, sampai mereka mendengar informasi tentang penyangkalan anggapan mereka.
Menurut Antonio Pasolini, seperti yang dirilis www.conecomm.com, fakta tersebut menunjukkan bahwa memperoleh sekaligus mengemas pesan CSR akan makin sulit ke depannya. Meskipun, kesadaran perusahaan akan peran mereka terkait isu-isu sosial di masyarakat sudah lebih tinggi. "Temuan tersebut menunjukkan tingkat ketidakpercayaan publik atas upaya CSR yang dilakukan perusahaan. Hal itu bisa menjadi konsekuensi perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial mereka, apakah aksi sosial mereka sudah benar dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat," kata Pasolini.
Lantas, bagaimana semua itu diterjemahkan ke dalam consumer action? 90 persen dari konsumen global yang mengatakan mereka akan beralih ke merek lain yang mendukung CSR. Sementara itu, yang lainnya, 84% menjawab akan mendukung produk-produk yang melakukan upaya CSR bila memungkinkan.
Adapun 57 persen dari responden bersedia untuk berkompromi terhadap kualitas, sedangkan 71 persen akan senang untuk membayar lebih untuk kualitas produk yang mereka beli. Sementara itu, 81 persen responden akan mengurangi berapa banyak yang mereka beli guna memiliki dampak positif pada isu-isu sosial dan lingkungan.
Catatan positif yang dijumpai pada hasil riset ini adalah kebingungan pesan CSR telah menurun dari 71 persen pada tahun 2011 menjadi 65 persen pada tahun 2015. Itu artinya, perusahaan telah lebih baik dalam berkomunikasi CSR. Adapun 86 persen masyarakat di dunia percaya jika perusahaan membuat komitmen CSR dan perusahaan harus bertanggung jawab atas hasil produksi dan komunikasi.
Sayangnya, format laporan CSR merupakan masalah bagi konsumen. Terbukti, hanya 25 persen konsumen yang telah membaca laporan CSR perusahaan dalam 12 bulan terakhir. 43 persen konsumen lebih memilih untuk melihat konten CSR dalam bentuk ringkasan atau tulisan pendek. Sejumlah besar dari mereka lebih memilih laporan CSR dalam format multimedia, di mana 34 persen dari mereka memilih format website interaktif dan 31 persen memilih format video sebagai laporan CSR.
"Berangkat dari temuan itu, sudah saatnya perusahaan lebih keras berfokus pada komunikasi CSR demi kemajuan CSR dan dampaknya. Carilah pesan yang tepat melalui consumer insight dengan cara yang jelas guna mendorong keterlibatan konsumen pada program CSR," terang Pasolini menyimpulkan.