RNI Perusahaan Perkebunan, Kenapa Masuk ke Bisnis Properti?

RNI-2

Ada pertanyaan yang mengemuka ketika Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) memutuskan masuk ke bisnis property. Ini menyusul rencana RNI membangun hotel di Jakarta dan Cirebon. Salah satunya datang dari Irwan Hidayat, CEO sekaligus owner Sido Muncul. Kenapa bisnisnya sebagai RNI masuk ke bisnis property? Apakah RNI mau meninggalkan core businessnya di bidang pangan dan perkebunan?
Rajawali Nusantara Indonesia atau disingkat sebagai RNI adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang agroindustri, farmasi, dan perdagangan. RNI didirikan pada tahun 1964 sebagai kelanjutan dari nasionalisasi aset-aset grup konglomerat Oei Tiong Ham Concern (OTHC) atau Kian-gwan Kongsi yang didirikan oleh "Raja Gula" Oei Tiong Ham. Saat ini, RNI memiliki 13 anak perusahaan.
Salah satu inovasi RNI adalah dibukanya gerai Waroeng Rajawali. Gerai ini terkenal di bulan Ramadhan tahun 2013 karena menjual daging sapi dan kebutuhan primer rakyat lainnya seperti gula dan teh dengan harga yang murah. Selain itu, Waroeng Rajawali juga menjual produk BUMN lainnya. Pada tahun 2014, Waroeng Rajawali akan menjadi waralaba dengan target jumlah gerai sebanyak 1500 buah di seluruh Indonesia.
Tahun lalu, ketika harga daging membumbung, RNI mengajukan izin untuk mengimpor sapi indukan. Namun, “"Untuk impor sapi indukan, kami belum dapat izin dari Kemendag, RNI masih diperlakukan diskriminatif oleh Kemendag. Padahal RNI bisa memanfaatkan ini untuk menurunkan harga daging sapi yang sampai saat ini masih bertahan Rp 90 ribu. Ini karena adanya ketelibatan kartel dan impor sapi," kata Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro.
Gagal mendapatkan izin tersebut, Minggu kemarin PT RNI mengumumkan rencananya melebarkan sayap usahanya ke bisnis properti. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membangun Menara RNI Jakarta dan dua buah hotel yang bernama Rajawali Hotel di Jakarta dan Cirebon. Ismed mengatakan, pembangunan Rajawali Hotel Cirebon berpotensi mengakomodasi pertumbuhan bisnis dan wisata di Cirebon.
"Cirebon sebentar lagi akan memiliki akses jalan tol yang menghubungkan Bandung-Cirebon dan Cirebon-Jakarta. Juga memiliki akses bandara internasional di Kertajati Majalengka. Ini akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan bisnis di wilayah tersebut," kata Ismed dalam prosesi pembukan market RNI di Cawang Jakarta, Minggu (12/10/2014).
Apakah RNI menyerah karena kegagalannya mendapatkan izin impor sapi ? Ismed menjelaskan bahwa masuk ke bisnis property dsemata didasaran pertimbangan pemanfaatan aset property RNI berupa lahan yang selama bertahun-tahun ditelantarkan. Kalaupun ada yang disewakannya, nilainyatak sebanding dengan nilai pasar atau bahkan nilai pajak bumi bangunan yang harus dibayarkan.
Di Jakarta, aset lahan RNI bertebaran dimana-mana dalam ukuran ribuan meter persegi. Di Surabaya, RNI memiliki kantor dan pergudangan yang disewa oleh sebuah perusahaan deangn sewa Rp 1 milair setahun sementara PBBnya hampir Rp 2 miliar. Sementara di Jakarta, lahan yang merupakan lokasi hotel akan dibangun disewa oleh agen mobil untuk penyimpanan mobil-mobil mereka.
“Saya katakan bahwa RNI masuk ke bisnis property bukanlah sesuatu yang baru. Ini karena pendirinya, Oei Tiong Ham, juga masuk ke bisnis property dengan memiiki kantor dan pergudangan yang disewakan ke perusahaan lainnya,” kata Ismed.
Di luar itu, itu RNI juga berencana membangun pabrik gula ukuran jumbo. “Sekarang masih dalam proses. Ke depan RNI akan terus memanfaatkan lahan-lahan telantarnya untuk dikembangkan menjadi bisnis yang mendatangkan manfaat bagi negara, masyarakat dan karyawan,” katanya.
Ismed menambahkan, pembangunan Rajawali Hotel Cirebon menelan dana mencapai Rp42 miliar. Hotel Rajawali Cirebon akan dibangun di tanah seluas 1.587 meter persegi di Jalan Dr Wahidin 49 Cirebon. Hotel ini akan memiliki enam lantai dengan seratus kamar dengan luas bangunan kurang lebih 2.800 meter persegi.
"Kedua proyek tersebut dibangun untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi badan usaha milik negara ini," tukas Ismed. “Pendanaannya, 30% dari internal, sisanya dari perbankan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)