Pemasar sekaligus pengelola merek rokok di Tanah Air memang tak seleluasa pemasar fast moving consumer goods (FMCG). Mulai dari terbatasnya target market yang diincar yakni di atas 17 tahun, hingga peraturan pemerintah yang membatasi cara brand rokok dalam memasarkan sekaligus membranding rokok, menjadi tantangan tersendiri bagi para pemain rokok di Indonesia.
Para Pemenang Festival Teater Pelajar di salah satu program Bakti Budaya Djarum Foundation
Bahkan, belakangan tampilah bahaya merokok di kemasan rokok sempat menjadi polemik, hingga berbuntut penampilan gambar yang sangat menyeramkan di kemasan rokok. Masih belum tuntas, belakangan, sejumlah konser musik kelas internasional maupun petandingan sepak bola bergengsi, sudah mulai mempertimbangkan kehadiran sponsorship dari perusahaan rokok.
Namun, di tengah keterbatasan melakukan upaya pemasaran dan branding, para pemasar rokok tak patah arang. Sejumlah strategi dikerahkan. Mari kita simak strategi Djarum dalam menyiasati segala keterbatasan tersebut. Djarum misalnya, sebagai perusahaan yang sejak kehadirannya di Indonesia telah berkomitmen untuk menggelar program corporate social responsibility (CSR), sepertinya memilih memaksimalkan kanal CSR-nya untuk melakukan pendekatan ke konsumen.
Tengok saja, bagaimana Djarum sangat agresif menggelar kampanye CSR-nya melalui umbrella CSR ”Djarum Foundation”. Tak tanggung-tanggung, aksi sosial Djarum bergerilya di berbagai sektor. Antara lain, sektor pendidikan, olahraga, hingga budaya.
Bakti Budaya Djarum Foundation misalnya, setelah menghelat pagelaran “Indonesia Menari”, November 2014 ini kembali mendukung Festival Teater Pelajar (FTP) se-kabupaten Kudus—yang notabene merupakan markas besar Djarum. Kegiatan tersebut digelar untuk ketujuh kalinya oleh Teater Djarum bersama Departemen Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Kudus, serta didukung sepenuhnya oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.
Pada tahun ini, FTP menggandeng jurnalis dan sastrawan, Putu Fajar Arcana, dan dari Teater Koma, Ratna Riantiarno sebagai juri. Para siswa dan guru pembimbing teater sekolah juga diberi kesempatan untuk mengikuti workshop teater bersama pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno.
“Upaya menstimulasi dan mendukung kegiatan proses belajar mengajar di sekolah dapat dilakukan melalui teater sekolah yang mengedepankan pengembangan karakter dan potensi positif para siswa. Penyelenggaraan festival secara terus-menerus dari tahun ke tahun, yang didukung sepenuhnya oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga ini diharapkan menjadi wahana kreativitas yang positif bagi sekolah dan para siswa pada khususnya,” ungkap Oey Riwayat Slamet, koordinator Teater Djarum, dalam siaran pers yang diterima MIX.
Ia menambahkan, FTP merupakan program rutin tahunan Teater Djarum dengan melibatkan siswa-siswi tingkat SMP dan SMA se-Kabupaten Kudus. Dalam rangkaian kegiatan tersebut dihadirkan lomba karya seni teater antar komunitas teater yang ada di sekolah-sekolah menengah se-Kudus, baik tingkat SMP maupun SMA. FTP 2014 ini digelar dalam dua tahap, yakni babak seleksi dan babak final. Babak seleksi berlangsung pada 3-8 November 2014, yang dilaksanakan di sekolah masing-masing.