Memiliki data yang akurat seputar habit konsumen maupun kustomer adalah sebuah keharusan bagi brand. Berangkat dari data tersebut, sejatinya marketers dapat merancang strategi marketing dan komunikasi yang efektif. Petanyaan selanjutnya, di mana marketers dapat memperoleh data seputar habit konsumen dan kustomer mereka secara cepat adan akurat? Social media pun menjadi jawabannya.
Mengapa social media? Menurut Michael Fertik, seperti yang dikutip dari Forbes, ada sejumlah alasan mengapa social media harus digunakan marketers untuk memperoleh consumer insight ataupun customer insight. Berikut ini adalah alasannya.
Social Media Dapat Membantu Marketers untuk Mengetahui Siapa Kustomer Mereka
Social media adalah media yang logis untuk marketers memulai untuk menghimpun informasi seputar kebiasaan konsumen. Social media juga membantu marketers dalam memahami siapa pelanggan mereka. Platform seperti Facebook, Twitter, dan social media lainnya, mampu membantu marketers dalam memperoleh consumer insight secara cepat, tanpa harus melalui survei yang umumnya membutuhkan waktu lama dan analisis yang cukup panjang. Social media juga dapat menghadirkan gambaran yang kompleks seputar kebiasaan konsumen.
Data Social Media Tidak Sulit untuk Diakses
Mengalses social media tidaklah sulit. Namun, pastikan bahwa Anda melakukannya dengan cara yang benar. Selama seseorang memberi izin untuk mengakses profil social media, maka ada banyak data untuk dapat dianalisis oleh marketers. Informasi tentang pembelian (transaksi online), karir, keuangan, hingga kehidupan pribadi konsumen tersaji lengkap di social media. Jika perusahaan dan marketers dapat mengumpulkan dan menganalisis data dari social media itu dengan baik, maka marketers akan dapat mengetahui apa yang akan mungkin dilakukan konsumen atau pelanggan ke depannya.
Platform Digital Dapat Memetakan Kustomer
Orang sering mengadopsi perilaku dan sikap yang serupa dari teman-teman di jaringan social media mereka. Mereka mungkin berpakaian dengan gaya yang serupa, mendengarkan jenis musik yang sama, pergi ke kelas kebugaran yang sama, atau menghadiri rumah ibadah yang sama. Kesamaan itu dapat dijadikan marketers sebagai modal untuk memetakan segmen konsumen yang mereka bidik. Dengan kesamaan perilaku itu, maka marketers dapat merancang strategi marketing komunikasi—baik iklan maupun promosi—mereka secara custom dan efektif.
Jaringan Social Media Sanggup Menunjukkan Financial Habit Customer
Menurut studi Wharton tentang perilaku keuangan, kita cenderung untuk berbagi financial habit yang sama dengan teman-teman kita. Seseorang akan lebih mudah dan lebih mungkin untuk menyatakan kebangkrutannya di social media misalnya, jika banyak teman-temannya juga mengalami hal yang serupa. Pada akhrinya, hal itu menjadi normal. Begitu juga jika seseorang pergi ke sebuah universitas bergengsi Ivy League, maka akan banyak dari teman-temannya di social media melakukan hal serupa. Insight seperti itu, sama artinya peluang bagi marketers untuk mempelajari pola financial habit konsumen.